Aku Wanita Kedua Saudariku… Saat kita berdoa kepada Allah, memohon Allah untuk mendatangkan seorang suami yang shalih. Allah tidak menurunkan suami kita dari langit begitu saja. Tapi.. Sebelum kita memohon kehadirannya.. Ada seorang wanita yang terlebih dulu memohon kehadirannya dalam perutnya. Wanita itu mengandungnya dengan susah payah, dengan penuh harapan terhadap jabang bayi yang ada di dalam perutnya itu.. Tidak lain jabang bayi itu adalah suami kita. Sebelumnya.. Ada seorang wanita yang siap menukar nyawanya dengan nyawa suami kita di tempat persalinan. Dia menyusuinya, memberikan siang dan malamnya untuk mengurus suami kita. Mengasuhnya dengan mengorbankan semua yang dimilikinya karena cinta yang begitu besar terhadap suami kita. Dia telah memberikan sari pati kehidupannya untuk kedihupan suami kita Dia menghabiskan masa mudanya untuk membesarkan suami kita. Dan kini… Wanita itu telah menjadi seorang wanita tua Anak laki-laki itu telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang gagah, yaitu suami kita Wanita tua itu… Tidak ada yang dia harapkan dari anaknya selain cinta Maka.. Janganlah kita rebut cinta itu dari nya Biarkanlah dia menempati satu tempat yang istimewa di hati suami kita Kita bisa menempati satu tempat istimewa lain di hati suami kita Mengalahlah dan biarkanlah suami kita mengutamakannya Muliakanlah wanita itu… Bantulah suami kita untuk berbakti kepadanya Bantulah suami kita untuk menjaga pintu surganya Dengan ini, niscaya kita akan mendapatkan dua cinta sekaligus. Cinta wanita itu dan cinta suami kita. Dan semoga pahala yang besar Allah berikan untuk kita karenanya. Kalau kita ikhlas, bukan cinta manusia, bahkan cinta Allah yang akan kita dapatkan Kata orang, “Kalau engkau ingin merebut hati suami, rebutlah hati ibu nya” Bagaimana tidak? Bagaimana menurut kita jika seorang lelaki mempunyai istri yang memuliakan ibunya? Bukankah dia akan mencintai istrinya karena sifat ini? Bagaimana tidak? Bukankah betapa bahagianya seorang laki-laki ketika bisa mengumpulkan cinta dua wanita sekaligus dalam kehidupannya. Cinta ibunya dan cinta istrinya.. Dan betapa malangnya seorang laki-laki jika dua wanita yang dia cintai saling membenci. Ibunya tidak akur dengan istrinya. Semoga Allah menjadikan kita istri yang shalihah. — Penyusun: Ummu Said Murajaah: Ustadz Ammi Nur Baits Artikel WanitaSalihah.Com — Catatan: Berikut kami sertakan BBM dari ustadz Aris Munandar (dengan sedikit pengeditan): Setelah menikah, seorang muslimah mendahulukan suami daripada orang tuanya. Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda. ”Andai boleh kuperintahkan orang untuk sujud kepada yang lain, niscaya kuperintahkan istri untuk sujud kepada suaminya.” (HR. Tirmidzi) Setelah menikah, laki-laki mendahulukan orang tuanya daripada istrinya sebagaimana hadits tentang kisah 3 orang yang terperangkap dalam gua. Dari Ibnu ‘Umar radliallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ada tiga orang dari umat sebelum kalian yang sedang melakukan perjalanan. Ketika turun hujan, ketiganya masuk ke dalam gua. Tiba-tiba ada batu jatuh dari atas gunung dan menutupi pintu gua itu. Kemudian salah satu diantara mereka berkata kepada temannya; “Demi Allah, wahai kawan, tidak akan ada yang dapat menolong kalian kecuali kejujuran (kebajikan). Maka masing-masing dari mereka berdo’a dengan apa yang mereka ketahui sebagai suatu kebajikan. Maka seorang diantara mereka berkata; “Ya Allah, sungguh Engkau mengetahui bahwa aku pernah punya seorang pekerja untukku dengan upah satu faraq (tiga sha’) berupa beras lalu dia pergi dan meninggalkan upahnya itu kemudian aku sengaja dari beras itu aku jadikan benih dan aku tanam sehingga berkembang lalu dari hasilnya itu aku belikan seekor sapi. Suatu hari dia datang dan meminta upahnya yang dulu lalu aku katakan kepadanya; “Lihatlah sapi itu. Itulah upah mu yang satu faraq itu ambil dan giringlah pulang”. Orang itu berkata; “Yang menjadi hakku hanyalah satu faraq beras”. Aku katakan kepadanya; “Ambillah sapi itu karena dia hasil yang aku kembangkan dari upah berasmu”. Ya Allah, seandainya Engkau mengetahui apa yang aku kerjakan itu semata karena takut kepada-Mu, maka bukakanlah celah untuk kami”. Maka pintu gua itu terbuka sedikit. Lalu orang yang lain berkata; “Ya Allah, sungguh Engkau telah mengetahui bahwa aku memiliki kedua orangtua yang sudah renta. Dan setiap malam aku membawakan bagi keduanya susu dari kambing milikku. Pada suatu malam, aku terlambat mendatangi keduanya sehingga ketika aku datang keduanya sudah tertidur sementara keluargaku dan anak-anakku menangis karena kelaparan sedangkan aku tidak akan memberi minum kepada mereka sebelum kedua orangtuaku dan aku enggan untuk membangunkan keduanya dan aku juga enggan meninggalkan keduanya dengan meminum jatah susu keduanya. Dan aku terus menunggu dalam keadaan seperti itu hingga terbit fajar. Ya Allah, seandainya Engkau mengetahui apa yang aku kerjakan itu semata karena takut kepada-Mu, maka bukakanlah celah untuk kami”. Maka pintu gua itu kembali terbuka sedikit hingga mereka dapat melihat langit. Kemudian orang yang ketiga berkata; “Ya Allah, sungguh Engkau mengetahui bahwa aku mempunyai anak pamanku (keponakan) yang merupakan manusia yang paling aku cintai dan aku pernah menginginkan dirinya untukku namun dia menolak kecuali bila aku dapat memberinya uang sebanyak seratus dinar. Maka aku bekerja dan berhasil mengumpulkan uang tersebut. Lalu aku temui dia dan aku berikan uang tersebut dan dia mempersilakan dirinya untukku namun ketika aku sudah berada di antara kedua kakinya dia berkata; “Bertaqwalah kepada Allah, dan janganlah kamu renggut keperawanan kecuali dengan haq”. Maka aku berdiri lalu pergi meninggalkan uang seratus dinar tersebut. Ya Allah, seandainya Engkau mengetahui apa yang aku kerjakan itu semata karena takut kepada-Mu, maka bukakanlah celah untuk kami”.”Maka Allah membukakan gua itu untuk mereka lalu mereka keluar”. (HR. al-Bukhari) March 11, 2015 by WanitaSalihah 0 comments 26341 viewson Istri Salihah Share this post Facebook Twitter Google plus Pinterest Linkedin Mail this article Print this article Tags: adab terhadap ibu mertua, bergaul dengan ibu mertua, ibu mertua, Istri Shalihah, mertua dan menantu, Tips Menjadi Istri Shalihah Next: Agar Makan dan Tidur Menjadi Berpahala Previous: Mungkinkah Ali Menikahkan Putri Tercintanya dengan Orang Kafir?