Catatan Ramadhan (4): Dua Cara Mudah untuk Memanfaatkan Tiap Detik Ramadhan Anda


Secara umum, waktu kita pada bulan Ramadhan terbagi dua:
1. Waktu untuk ibadah.
2. Waktu untuk aktivitas duniawi.

Ketika melakukan ibadah, hendaknya kita berkonsentrasi dan berusaha untuk khusyu’, misalnya ketika shalat, membaca Al-Quran, dan menghadiri majelis ilmu.

Nah, bagaimana ketika kita mengerjakan aktivitas dunia? Bagaimana caranya supaya waktu kita tetap menghasilkan pahala?

Mari praktikkan dua cara mudah berikut ini. Semoga bermanfaat.

Pertama. Berzikir pada setiap kesempatan.

Bila kita sedang beraktivitas sehari-hari – misalnya mencuci, memasak, di kendaraan, berjalan kaki, antri, menunggu, dan lain-lain – jangan biarkan lisan kita diam percuma. Mari berzikir dan beristigfar.

  • Astagfirullah.
  • Subhanallahi wa bihamdih.
  • La hawla wa la quwwata illa billah.
  • Dan lain-lain.

Selain mendapat pahala, dengan berzikir kita menyuburkan iman di hati. Bila seseorang malas berzikir, setan akan mudah sekali menggodanya. Na’udzu billahi min dzalik.

Kedua. Niatkan perkara duniawi untuk ketaatan kepada Allah.

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di –rahimahullah– mengatakan,

“Perkara mubah dibolehkan dan diizinkan oleh syari’at untuk dilakukan. Namun, perkara mubah itu dapat pula mengantarkan kepada hal-hal yang baik maka dia dikelompokkan dalam hal-hal yang diperintahkan. Perkara mubah terkadang pula mengantarkan pada hal yang jelek, maka dia dikelompokkan dalam hal-hal yang dilarang.

Inilah landasan yang harus diketahui setiap muslim bahwa hukum sarana sama dengan hukum tujuan (al wasa-il laha hukmul maqhosid).”

(Selengkapnya lihat di https://wanitasalihah.com/agar-makan-dan-tidur-menjadi-berpahala/)

Akan tetapi, ada satu hal penting yang perlu diingat. Jangan sampai kita berlebih-lebihan dalam hal yang mubah karena beralasan bahwa itu diniatkan untuk ketaatan kepada Allah.

Misalnya, sepanjang pagi hingga siang hanya tidur, dengan mencari-cari alasan bahwa itu dilakukan supaya badannya kuat berpuasa. Lalu pada sore hari, jalan-jalan keliling kota, dengan mencari-cari alasan bahwa itu untuk melewatkan waktu, supaya dia tidak tergoda untuk makan di rumah.

Kalau seperti ini caranya, kapan waktunya untuk membaca Al-Quran dan mentadabburinya? Kapan waktunya untuk duduk di majelis ilmu? Kapan waktunya untuk berbuat kebaikan yang lain?

(*) Catatan:

Di masyarakat kita tersebar riwayat yang mengatakan “tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah”. Ini merupakan hadits yang tidak benar. Silakan baca di:

  • https://konsultasisyariah.com/5926-tidur-waktu-puasa.html
  • https://rumaysho.com/454-tidurnya-orang-yang-berpuasa-adalah-ibadah.html

***
Oleh: Redaksi WanitaSalihah.Com
Artikel WanitaSalihah.Com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.