Mereka Mengkafirkan Sahabat -radhiyallahu ‘anhum- Padahal Allah Memuji dan Menyanjungnya


renungan untuk syiah

Tahukah engkau siapakah sebenarnya para sahabat itu?

Mereka para sahabat adalah orang-oang yang mengikuti Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam manakala beliau seorang diri. Mereka mencurahkan segenap jiwa dan harta demi membela beliau dan agama Islam. Mereka rela memerangi orang-orang terdekat sekalipun untuk dapat menegakkan kalimat Allah. Mereka saling berlomba dalam kebaikan hingga Dia pun memaklumatkan keridhaan kepada mereka dan mereka dipuji oleh-Nya dengan ungkapan yang sejelas-jelasnya.

Allah berfirman:

مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud . Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya. tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar” Qs. Al-Fath [48]:29

Renungkanlah firman-Nya: “Mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya” Bahwasanya Allah telah mengungkapkan isi hati mereka dan mengabadikannya didalam Kitab-Nya.

Dan renungkanlah firman-Nya: “karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir,” jadi merekalah yang murka dan benci kepada para sahabat. Karena itu, berhati-hatilah. Semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita ke jalan yang lurus. Jangan sampai kita termasuk orang-orang yang membenci para Sahabat.

Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman:

لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحاً قَرِيباً

Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon , maka Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)” Qs. Al-Fath [48]:18

Renungkanlah firman-Nya: “Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka..” yakni Dia tahu akan keimanan, ketaqwaan, kejujuran serta kecintaan para sahabat sehingga tampaklah hasilnya: “Lalu Dia menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)”

Subhaanallah.. tidakkah kita membaca firman Allah:

لِلْفُقَرَاء الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِن دِيارِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً وَيَنصُرُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

(Juga) bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan RasulNya. Mereka itulah orang-orang yang benar” Qs. Al-Hasyr [59]:8

Adakah dari mereka yang tidak termasuk kaum Muhajjirin, yang diantara tokoh mereka adalah Abu Bakar ash-shiddiq, Umar bin al-Khaththab, Usman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, az-Zubair bin al-Awwam, Abdurrahman bin Auf, Abu ‘baidah bin al-Jarrah, Sa’ad bin Abu Waqqash, Said bin Zaid, Ammar bin Yasir, Salman al-Farisi, Shuhaib ar-Rumi, serta Abu Dzar al-Ghifari -semoga Allah meridhai mereka semua- ?

Dan setelahnya Dia berfirmam:

وَالَّذِينَ تَبَوَّؤُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin). dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung” Qs. Al-Hasyr [59]:9

Demi Rabbmu, siapakah diantara mereka yang tidak termasuk kaum Anshar, yang diantara tokoh mereka adalah Sa’ad bin ‘Ubadah, Sa’ad bin Mu’adz, Mu’adz bin Jabal, Ubay bin Ka ash-Shamit, Amr bin al-Jamuh dan Usaid bin Hudhair?

Setelah kedua ayat diatas, Allah berfirman:

وَالَّذِينَ جَاؤُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” Qs. Al-Hasyr [59]:10

Coba perhatikan, apakah kita termasuk orang-orang itu? Ya, kita termasuk dari mereka apabila mengucapkan apa yang diperintahkan oleh-Nya: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami,” dan tidak ada dalam hati kita kedengkian sedikitpun terhadap mereka. Maha Suci Allah! Maha Suci Allah! Maha Suci Allah..!

Maka, bagaimana bisa dikatakan bahwa di dalam hati orang-orang Syiah tidak ada kedengkian terhadap kaum Muhajjirin dan Anshar, sementara tidak ada yang terdengar dari para ulama dan penceramah mereka selain celaan dan cercaan terhadap para Sahabat? Jangan sampai kita bersikap seperti itu.

Apakah masuk akal jika para Sahabat yang disanjung oleh Allah dengan sanjungan tersebut serta merta murtad sepeninggal Rasulullah kecuali tiga orang? Dijelaskan dalam kitab al-kafi , salah satu referensi ulama kaum syiah, mereka adalah “Al-Miqdad, Abu Dzar dan Salman al-Farisi”

Apakah masuk akal jika para Sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam yang terlah bergaul dengan beliau selama 23 tahun disertai dengan perbedaan status diantara mereka, apalagi yang terdekat dengan beliau semisal Abu Bakar, Umar, Utsman, Thalhah, az-Zubair, Abu ‘Ubaidah, Mu’adz, dan Ubay bin Ka’ab; tidak sedikitpun mengambil manfaat dari didikan serta bimbingan beliau? Semua jerih payah sang Nabi hilang begitu saja, tak berbekas pada diri mereka? Mungkinkah mereka rela menjaul agama-Nya demi harta dan kedudukan duniawi?

Renungkanlah bagaimana jihad para Sahabat bersama Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam, kesabaran mereka bersama beliau, dan segala upaya berharga yang mereka dermakan di jalan Allah!

Mari sejenak renungkan firman-Nya:

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولاً مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ

Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,” Qs. Al-Jumu’ah [62]: 2

Sekarang, mari kita renungkan firman-Nya: “Menyucikan (jiwa) mereka,” maka dengan ini bukankah beliau telah menyucikan para Sahabat?

Ketahuilah, mencela para Sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam merupakan kritikan secara langsung terhadap beliau, bahkan terhadap Allah!

Tentang orang-orang mukmin dari kaum Muhajjrin dan Anshar Dia berfirman:

وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الأحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا . مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلا

Dan tatkala orang-orang mu’min melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata : “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita”. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan. Di antara orang-orang mu’min itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya),Qs Al-Ahzab [33]:22-23

Allah berfirman ‘dan mereka tidak merubah (janjinya)’ namun ulama Syiah malah berkata: ‘Mereka telah mengubah janji’. Lantas siapakah yang akan kita percayai perkataannya?

Ketika Perang Tabuk di tahun 9 Hijriyah, Allah berfirman:

لَقَدْ تَابَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ مِنْ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ إِنَّهُ بِهِمْ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka” Qs. At-Taubah [9]:117

Demi Allah, aku bersumpah atasmu, renungkanlah dan pikirkan tentang segolongan orang yang beriman kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tatkala sebagian besar manusia mendustakan beliau. Lebih dari itu, mereka membela beliau, menahan segala gangguan serta menolong beliau diseluruh peperangan, hingga ketika kaum yang inkar mengarahkan panah, mereka meneguhkan diri untuk menghadapi kematian, serta bagaimana kegigihan mereka menghadapi pasukan Romawi, Kisra (Persia), dan bangsa besar lainnya.

Bagaimana mungkin orang-orang ini menjual agama dan jihad mereka lalu tiba-tiba membaiat Abu Bakar dan mengkhianati Ali? Bagaimana mungkin tiba-tiba mereka menyerahkan tampuk kekhalifahan kepada Abu Bakr dan mendurhakai Rasul-Nya dengan tidak membaiat Ali? Apa yang mereka cari sehingga rela menjual agaman guna meraih kehidupan duniawi orang lain?

Faktanya, para Sahabat adalah golongan manusia yang disanjung dan dipuji oleh Allah dalam Kitab-Nya, oleh Rasulullah dalam sunnahnya, dan oleh para pemimpin Alhul Bait dalam pernyataan-pernyataan mereka. Popularitas para Sahabat dalam berjihad bersama Nabi, peperangan mereka terhadap orang-orang yang murtad sepeninggal beliau, penaklukkan di berbagai negeri, penyebaran Islam, pernikahan sebagian mereka dengan kerabat beliau, dan beliau pun menikahi sebagian putri mereka; demikian pula yang dilakukan pemimpin ahlul bait, Maka Sungguh keutamaan mereka telah diakui oleh yang jauh dan yang dekat, baik muslim maupun kafir.

Akankah kita mengabaikan semua fakta ini dan mengambil perkataan para ulama syiah yang mereka berpendapat bahwa Al-Qur’an itu diselewengkan, bahkan mereka memuji apa yang dilakukan bangsa Tartar terhadap kaum muslimin.

Apakah mereka mau seandainya bisa menjadi seorang hakim pada masa kekhalifahan Umar? Maukah mereka menikahkan anak perempuan mereka dengannya? Atau memberi nama anak laki-laki mereka dengan namanya? Bagaimanapun ini telah dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib!

Pernahkah mereka mencela Fir’aun, Haman, dan Abu Jahal sebagaimana mereka mencela Umar dan Abu Bakar? Tidakkah mereka merasa telah diperdaya, seolah sedang naik ke atas, namun hakikatnya menuju Neraka Jahannam?

Mungkinkah orang-orang munafik menjadi orang terdekat Rasulullah? Mengapa beliau menikahkan mereka dan menikahi sebagian putri mereka?

Dimanakah posisi kita dari firman-Nya:

إِلا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا

Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Qs At-Taubah [9]:40

Maka, apakah mereka menyangka bahwasanya Rasulullah berhijrah mengajak seorang pemimpin munafik? Bukankah memungkinkan bagi Abu Bakar untuk bersin, berteriak, atau batuk agar orang-orang musyrik mengetahui persembunyian beliau?

Terakhir, mari kita baca dan ulangi firman-Nya:

وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar” Qs At-Taubah [9]:100

Disarikan dari buku Dari Hati ke Hati, 28 Renungan Seputar Syiah dengan Hati Nurani dan Akal Sehat karya Dr. Utsman bin Muhammad al Khamis

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.