Shalat Wanita di Tempat Umum


Wanita adalah fitnah.
Para wali berkewajiban menjaga dan melindungi mereka dari laki-laki (yang bukan mahrom) sesuai kemampuannya.
Sementara Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam mengutamakan shalat perempuan di rumahnya dan menjadikan pahala shalat di dalamnya lebih utama dari shalat di masjid.

Dari Abdullah Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

صلاة المرأة في بيتها أفضل من صلاتها في حجرتها وصلاتها في مخدعها أفضل من صلاتها في بيتها

“Shalat perempuan di kamarnya lebih utama dari shalat yang ia kerjakan di ruang utama di rumahnya dan shalat di ruangan kecil (yang berada di dalam kamar) lebih utama dari shalat di kamarnya.”(HR. Abu Dawud no. 570 dan At-Tirmidzi no.1173)

Hadis ini dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahihut Targhib wat Tarhib (1: 136)

Fi baitiha maksudnya kamar tempat tinggal wanita tersebut.
Hijratuha maksudnya teras rumah dimana pintu kamar terhubung dengannya atau orang sekarang menyebutnya dengan ruang utama atau aula rumah.
Makhda’uha maksudnya kamar kecil yang berada di dalam kamar besar. Biasanya digunakan untuk mennyimpan barang-barang pribadi. (penjelasan dari Aunul Ma’bud)

Dari Ummu Humaid, istri Abu Humaid As-Sa’idiy, suatu saat beliau mendatangi Nabi shallallahu’alaihi wasallam kemudian berkata,

يا رسول الله إني أحب الصلاة معك قال : قد علمت أنك تحبين الصلاة معي وصلاتك في بيتك خير لك من صلاتك في حجرتك وصلاتك في حجرتك خير من صلاتك في دارك وصلاتك في دارك خير لك من صلاتك في مسجد قومك وصلاتك في مسجد قومك خير لك من صلاتك في مسجدي ، قال : فأمرت فبني لها مسجد في أقصى شيء من بيتها وأظلمه فكانت تصلي فيه حتى لقيت الله عز وجل ”

Wahai Rasulullah sungguh saya suka shalat dibelakang Anda. Beliau menjawab, “Sungguh aku telah megetahui bila engkau suka shalat denganku. Akan tetapi shalatmu di kamarmu lebih baik dari shalamu di rumahmu. Dan shalatmu di rumahmu lebih baik dari shalat mu di masjid kampungmu dan shalatmu di masjid kampungmu lebih baik dari shalatmu di masjdku ini.'”
Beliau (perowi) berkata, “Lantas Ummu Humaid memerintahkan dibangunkan tempat sujud ,ruangan paling kecil dari dalam rumahnya dan paling gelap. Beliaupun shalat di dalamnya sampai berjumpa dengan Allah Azza wa Jalla.“(HR. AHmad no. 26550)

Hadis ini diilai shahih oleh Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya (3:95) dan Ibnu Hibban (5:595) dan Al-Albani dlam Shahihut Targhib dan Tarhib (1:135)

Dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha berkata,

لو أدرك رسول الله صلى الله عليه وسلم ما أحدث النساء لمنعهن كما منعت نساء بني إسرائيل قلت لعمرة أو منعن قالت نعم

“Andai Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam mendapati apa yang terjadi pada diri para wanita, pastilah beliau akan melarang mereka sebagaimana para wanita Bani Israil dilarang.” Aku (perowi) berkata, “Mereka dilarang umroh?” Beliau menajwab, “Iya.” (HR. Al-Bukhari no.831 dan Muslim no. 445)

Abdul ‘Adzim Al-Abadi berkata,

ووجه كون صلاتهن في البيوت أفضل الأمن من الفتنة ويتأكد ذلك بعد وجود ما أحدث النساء من التبرج والزينة ومن ثم قالت عائشة ما قالت .

“Sisi pendalilan hadis ini bahwa shalat mereka di rumah lebih aman dari fitnah dan hal ini lebih ditekankan lagi setelah kejadian apa yang menimpa pada diri wanita dimana mereka bersolek (tabarruj) dan berhias (ketika pergi ke masjid) kemduian ‘Aisyah mengatakan apa yang dia katakan. (‘Aunul Ma’bud, 2:193)

Oleh karena itu para wanita sepantasnya berhati-hati ketika shalat di tempat umum. Hendaknya ia shalat ditempat yang tidak dilihat para lelaki dan tidak melakukannya kecuali bila masuk waktu shalat sementara ia tidak memiliki tempat lain kecuali tempat itu.

Syaikh Abdullah Al-Jibrin berkata,

فأما المرأة فبيتها خير لها ، فإن احتاجت للصلاة في السوق ، وكان هناك سترٌ وسترة : فلا مانع من ذلك إن شاء الله

“Adapun wanita maka shalat dirumahnya lebih baik baginya. Adapun bila ia terpaksa shalat di pasar sementara disana ada tempat yang tertutup dan terlindungi maka tidak terlarang shalat didalamnya insyaallah.” (Fatawa Al-Marah Al-Muslimah, 1:333)

Terkait apa yang dikatakan sebagian orang awam bahwasnya shalat wanita akan batal semata-mata karena dilihat laki-laki maka hal ini sama seklai tidak memiliki landasan dalam syari’at. Dahulu para wanita shabaiyah shalat di jaman Nabi shallallalhu’alaihi wasallam di dalam satu masjid dan Nabi shallallahu’alaihi wasallam tidak menghukumi shalat wanita tersebut batal.

Allahua’lam.

****
Sumber:https://islamqa.info/ar/8868
Diterjemahkan oleh Penerjemah wanitasalihah.com
Artikel wanitasalihah.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.