Siapakah Ahlul Bait?


Cinta Ahlul Bait

Syaikh Dr. Sulaiman As Suhaimi mengatakan,”Para ulama rahimahumullah merinci batasan ahlul bait hingga menjadi beberapa pendapat:

Pertama,

Ahlul bait Nabi shallallahu’alaihi wasallam adalah mereka yang diharamkan menerima shadaqah. Inilah pendapat yang dipilih Abu Hanifah, Asy Syafi’i, Imam Ahmad dan sebagian ulama Malikiyyah.

Kedua,

Ahlul bait Nabi shallallahu’alaihi wasallaam hanyalah istri-istri dan keturunan beliau shallallahu’alaihi wasallam.

Ketiga,

Mereka adalah para pengikut Nabi shallallahu’alaihi wasallam hingga kiamat.

Keempat,

Ahlul bait Nabi adalah orang-orang yang bertakwa di kalangan umat Nabi shallallahualaihi wasallam.”

Dan pendapat yang dikuatkan oleh mayoritas para ulama adalah pendapat pertama yang menyebutkan bahwa ahlul bait Nabi shallallahu’alaihi wasallam, mereka yang diharamkan menerima shadaqah dan zakat. Pendapat ini dinilai kuat oleh Ibu Hazm, Ibnul Qayyim, Al Hafidz Ibnu Hajar. (Ahlul Bait Inda Syaikhil Islam Ibni Taimiyyah, hal. 49)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Keluarga Muhammad shallallahu’alaihi wasallam mereka adalah orang-orang yang diharamkan makan shadaqah.” (Ahlul Bait Inda Syaikhil Islam Ibni Taimiyyah, hal. 64)

Lalu siapa sajakah mereka?

1. Keturunan Nabi shallallahu’alaihi wasallam.

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, “Suatu ketika Al Hasan dan Al Husain bermain-main kurma (dari sedekah) kemudian salah satu dari keduanya memasukkan kurma ke dalam mulut. Nabi shallallahu’alaihi wasallam melihatnya dan berusaha mengeluarkannya sambil bersabda,

أعلمت أن آل محمد لا يأكلون الصدقة؟

“Tidakkah kamu tahu bahwa keluarga Muhammad tidak makan sedekah .” (HR. Bukhari 1485 dan Muslim 1069)

2. Istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Menurut pendapat yang paling kuat mereka semua termasuk ahlul bait Nabi shallallahu’alaihi wasallam. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala setelah memerintahkan para istri Nabi shallallahu’alaihi wasallam untuk berhijab, Allah Ta’ala berfirman,

إنما يريد الله ليذهب عنكم الرجس أهل البيت ويطهركم تطهيرا

“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Qs. Al Ahzab: 33)

Pada ayat diatas Allah Ta’ala menggunakan kata ‘ahlul bait’ untuk memanggil istri-istri Nabi alaihi shshalatu wassalam.

Al Imam Ibnu Katsir mengatakan,

وهذا نص في دخول أزواج النبي صلى الله عليه وسلم من أهل البيت ههنا، لأنهن سبب نزول هذه الآية، وسبب النزول داخل فيه قولاً واحداً، إما وحده على قول، أو مع غيره على الصحيح .

“Ayat inilah yang menjadi dalil bahwa istri-istri Nabi termasuk ahlul bait. Karena mereka yang menjadi sebab turunnya ayat ini. Sementara sebab turunnya ayat itu termasuk bagian dari makna ayat itu, dengan sepakat ulama. Apakah sababun nuzul hanya satu-satunya makna ayat itu? Ada yang berpendapat demikian. Yang benar, dia hanya bagian dari makna ayat itu.” (Tafsir Ibni Katsir, Surat Al Ahzab: 33)

Bukti lain bahwa seorang istri termasuk ahlul bait dalam sebuah keluarga yaitu panggilan Malaikat kepada Sarah istri Nabi Ibrahim alaihissalam (dengan ahlul bait),

رحمة الله وبركاته عليكم أهل البيت

“Semoga rahmat Allah dan barakahNya terlimpah atas kalian wahai ahlul bait.” (QS. Hud: 73)

Juga firman Allah Ta’ala yang mengecualikan istri Nabi Luth dari keluarga Nabi Luth (yang selamat)

قَالُوا إِنَّا أُرْسِلْنَا إِلَىٰ قَوْمٍ مُجْرِمِينَ

إلا آل لوط فإنا لمنجوهم أجمعون * إلا امرأته

“Mereka (para malaikat) menjawab: “Kami sesungguhnya diutus kepada kaum yang berdosa, kecuali Luth beserta pengikut-pengikutnya. Sesungguhnya Kami akan menyelamatkan mereka semuanya, kecuali istrinya.” (QS. Al Hijr :59)

Ayat tersebut menunjukkan istri Nabi Luth termasuk ahlul bait Nabi Luth (keluarganya).

3. Bani Muthalib juga termasuk ahlul bait Nabi shallallahu’alaihi wasallam.

Berdasarkan sebuah riwayat dari Imam Ahmad dan ini juga merupakan pendapat Imam Asy Syafi’i. Diriwayatkan Imam Bukhari,

عن جبير بن مطعم رضي الله عنه أنه قال : ” مَشَيْتُ أَنَا وَعُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْنَا : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَعْطَيْتَ بَنِي الْمُطَّلِبِ وَتَرَكْتَنَا وَنَحْنُ وَهُمْ مِنْكَ بِمَنْزِلَةٍ وَاحِدَةٍ ؟! فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّمَا بَنُو الْمُطَّلِبِ وَبَنُو هَاشِمٍ شَيْءٌ وَاحِدٌ ” رواه البخاري برقم 2907 ، والنسائي برقم 4067 .

Dari Jabir bin Muth’im radhiallahu’anhu, beliau bercerita,

“Aku berjalan bersama Utsman Ibnu Affan menghadap Nabi shallallahu’alaihi

wasallam. Lalu kami berkata, “Ya Rasulullah, engkau beri (harta rampasan-pen) kepada Bani Muthalib namun tidak kepada kami (Bani Naufal dan Bani Abdi Syams). Sementara antara kami dan mereka memiliki garis keturunan yang sama darimu (sama-sama keturunan Abdu Manaf). Lalu Nabi shallallahu’alaihi wasallam menjawab, “Sebenarnya Bani Muthalib dengan Bani Hasyim itu satu kesatuan.” (HR. Bukhari 2907 dan An Nasai 4067)

4. Bani Hasyim bin Abdi Manaf.

Mereka adalah keluarga Ali,keluarga Abbas, keluarga Ja’far, keluarga Aqil dan keluarga Al Harits bin Abdul Muthalib.Berdasarkan hadits Zaid bin Arqam radhiallahu’anhu beliau berkata,

قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا خَطِيبًا فِينَا بِمَاءٍ يُدْعَى خُمًّا بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ ؛ فَحَمِدَ اللَّهَ تَعَالَى وَأَثْنَى عَلَيْهِ وَوَعَظَ وَذَكَّرَ ثُمَّ قَالَ : ” أَمَّا بَعْدُ أَلَا يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ يُوشِكُ أَنْ يَأْتِيَنِي رَسُولُ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ فَأُجِيبُ ؛ وَإِنِّي تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ أَوَّلُهُمَا كِتَابُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّورُ فَخُذُوا بِكِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى وَاسْتَمْسِكُوا بِهِ – فَحَثَّ عَلَى كِتَابِ اللَّهِ وَرَغَّبَ فِيهِ – قَالَ : وَأَهْلُ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي أُذَكِّرُكُمْ اللَّهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي ” فَقَالَ لَهُ حُصَيْنٌ : وَمَنْ أَهْلُ بَيْتِهِ يَا زَيْدُ ؟ أَلَيْسَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ ؟ قَالَ : إِنَّ نِسَاءَهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ وَلَكِنَّ أَهْلَ بَيْتِهِ مَنْ حُرِمَ الصَّدَقَةَ بَعْدَهُ . قَالَ : وَمَنْ هُمْ ؟ قَالَ : ” هُمْ آلُ عَلِيٍّ وَآلُ عَقِيلٍ وَآلُ جَعْفَرٍ وَآلُ عَبَّاسٍ ” قَالَ : أَكُلُّ هَؤُلَاءِ حُرِمَ الصَّدَقَةَ ! قَالَ : نَعَم

“Suatu hari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam berdiri diantara kami kemudian berkhutbah tepatnya di lembah yang terdapat mata air yang dijuluki “khum”. Kemudian Nabi bertahmid, memuji Allah, memberi peringatan lalu berdzikir dan bersabda,

‘Amma ba’du,

Wahai manusia sekalian.. ketahuilah aku hanyalah manusia. Tugas sebagai rasul yang datang dari Rabbku telah ku emban. Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara penting. Pertama, kitabullah Azza wa Jalla yang menjadi petunjuk dan cahaya. Maka jadikanlah

kitabullah sebagai pedoman hidup dan berpegangteguhlah kalian dengannya.’ (Beliau

shallallahu alaihi wasallam mendorong untuk berpegangteguh dengan kitabullah dan memberi semangat kepadanya).

Kemudian beliau melanjutkan,

Kedua adalah ahlul baitku. Aku ingatkan kalian akan hak ahlul baitku, Aku ingatkan kalian akan hak ahlul baitku, Aku ingatkan kalian akan hak ahlul baitku.’

Hushain bertanya kepada Zaid, ‘Siapa sajakah ahlul bait Nabi wahai Zaid?bukankah istri-istri beliau juga ahlul bait?

Jawab Zaid, ‘Benar, istri-istri beliau termasuk ahlul bait tapi ahlul bait (yang ku maksudkan) mereka yang diharamkan makan zakat setelah beliau.

Hushain bertanya, ‘Siapa mereka?’ Jawab Zaid, ‘Mereka adalah keluarga Ali, keluarga Aqil,keluarga Ja’far dan keluarga Abbas.

Hushain menimpali, ‘Mereka semua diharamkan makan zakat?

Jawab Zaid, ‘Benar.’ (HR. Muslim No 2408). Wallahu waliyyuttaufiiq wassadaad.

Penyusun : Ummu Fatimah
Murajaah: Ustadz Ammi Nur Baits

Sumber:
Tafsiir Ibni Katsiir, Asy Syaamilah
Ahlul Bait Inda Syaikhil Islam Ibni Taimiyyah, Umar bin Shalih Al Qarmusyi, Markaz Atta’shiil Liddirasaat wal Buhuuts.
http://alalbayt.com/?p=1952
http://islamqa.info/ar/10055

Artikel WanitaSalihah.Com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.