Titik Balik Kehidupan


Berubah Menjadi Orang Baik

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الأمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Qs. Al-Hadid: 16)

Ayat di atas adalah ayat yang menyadarkan seorang perampok besar. Ayat yang menyadarkannya saat ia hendak melakukan kemaksiatan, yaitu mengintip seorang wanita. Seorang perampok besar hendak mengintip seorang wanita? Ya, karena begitulah adanya… kemaksiatan yang satu.. memudahkan seseorang (atau membuat orang menjadi bermudah-mudah) melakukan maksiat-maksiat lainnya.

Padahal sebuah kemaksiatan akan membuat titik hitam di hati seseorang. Semakin banyak maksiat..titik hitam itu akan semakin banyak bahkan membuat hati itu menghitam. Na’udzubillah min dzalik.

Tak heran kemudian jika dalam ayat di atas disebutkan “hati mereka menjadi keras” setelah berlalunya waktu.

Maka beruntunglah orang-orang yang dirahmati Allah. Yang membuat langkah titik balik kehidupan. Menuju kehidupan yang sesungguhnya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al Hadid: 28)

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ وَالأوْلادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Qs. Al-Hadid: 20)

Dan semoga kita termasuk menjadi orang yang dirahmati Allah. Sudahkah Anda membuat langkah menempuh titik balik kehidupan?

*Perampok yang kami sebut di atas, akhirnya menjadi ulama besar. Ia bertaubat dari segala dosanya dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu Islam di usia 40 tahun. Ulama tersebut bernama Fudhail bin Iyadh.

***

Penyusun: Ummu Ziyad Cizkah
Murajaah: Ustadz Ammi Nur Baits
Artikel WanitaSalihah.Com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.