Allah Gembira dengan Taubat Hamba-Nya


“Sungguh Allah benar-benar lebih gembira dengan taubat hamba-Nya daripada kegembiraan salah seorang dari kalian karena hewan tunggangannya.” (HR. Bukhari, 11:2 dan Muslim)

Hadits ini adalah tentang seorang laki-laki di padang pasir dengan hewan tunggangannya yang membawa makanan dan minumannya lalu tunggangannya ini lepas darinya. Dia mencarinya tetapi ia tidak menemukannya, akhirnya dia merasa tidak ada harapan untuk hidup, dia berbaring dibawah pohon menanti ajal, tiba-tiba, tali kekang tungganganya bergelayut di pohon tersebut. Tidak ada yang bisa menggambarkan kegembiraan ini, kecuali orang yang mengalaminya sendiri. Laki-laki tersebut langsung menngkap tali kekangnya seraya berkata karena sakin bahagianya, “Ya Allah, Engkaulah hambaku dan aku adalah tuhanmu.” Salah ucap karena sangat gembira, tidak menguasai ucapannya.

Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya yang beriman jika ia bertaubat kepada-Nya daripada laki-laki yang mendapatkan kembali tunggangannya yang hilang. Allah tidak membutuhkan taubat kita, sebaliknya kitalah yang memerlukan-Nya dalam seluruh kondisinkita. Karena kemurahan-Nya, kecintaanNya kepada kedermawanan, karunia dan kebaikan, Dia gembira dengan kegembiraan yang tak tertandingi apabila ada hamba-Nya yang bertaubat kepada-Nya.

Hadits ini menetapkan sifat gembira (al-farah) bagi Allah. Kami katakan tentang “gembira” ini bahwa ia adalah gembira yang hakiki bahkan kegembiraan yang sangat, hanya saja ia tidak sama dengan kegembiraan makhluk.

Kegembiraan bagi manusia adalah kesenangan dan kebebasan dari beban yang dirasakannya pada waktu ia meraih apa yang membuatnya senang. Oleh karena itu, kalau anda sedang bersuka cita karena sesuatu maka seolah-olah kita melayang-layang diangkasa, akan tetapi bagi Allah tidak demikian, kita tidak menafsirkannya dengan apa yang kita rasakan pada diri kita.

Kami katakan, ia adalah kegembiraan yang layak bagi Allah subhaanahu wa ta’aala sama dengan sifat-sifat-Nya yang lain sebagaimana kami katakan bahwa Allah memiliki dzat, tetapi ia tak sama dengan dzat kita. Dia memiliki sifat-sifat yang tidak sama dengan sifat-sifat kita karena pembicaraan tentang sifat adalah bagian dari pembicaraan tentang dzat.

Maka kita beriman bahwa Allah mempunyai kegembiraan sebagaimana hal itu ditetapkan oleh orang yang paling mengetahui tentang-Nya, yaitu Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, orang yang paling tulus bagi manusia dan orang yang paling fasih dalam apa yang dikatakannya.

Hadits ini disamping menetapkan sifat gembira, ia jua menetapkan kesempurnaan rahmat-Nya dan kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya, dimana Dia sangat menyukai kembalinya hamba kepada-Nya dengan taubat. Dia berlari dari Allah lalu berhenti dan kembali kepada-Nya, Allah berbahagia dengannya dengan kebahagiaan yang besar ini.

Hadits ini mendorong kita agar bersungguh-sungguh bertaubat setiap kali kita melakukan dosa kita bertaubat kepada Allah.

Jika Anda mengetahui bahwa Allah berbahagia dengan taubat anda dengan kebahagian yang tak tertandingi, niscaya tanpa ragu kamu akan bertaubat dengan sungguh-sungguh.

(*) Disalin ulang dari buku Syarah Aqidah Wasithiyah: Buku Induk Aqidah Islam (terjemahan dari Syarah Aqidah Al-Washitiyyah, karya Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah), hlm. 563

Artikel WanitaSalihah.Com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.