Lembut terhadap Orang Jahil Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sosok yang paling lembut kepada manusia. Beliau sungguh-sungguh mempertimbangkan kondisi dan latar belakang mereka. Bagaimana tidak, beliaulah yang telah memberitakan, إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الأَمْرِ كُلِّهِ “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menyukai sifat lembut dalam seluruh perkara.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Kelembutan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat dilihat dari ucapan dan perbuatan beliau, serta mengambil jalan yang paling mudah. Pada prinsipnya, manusia cenderung menyukai sifat lembut, perkataan yang halus dan sikap yang ramah. Sebaliknya, antipati terhadap sikap yang keras dan kasar. Bukti kelembutan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan orang yang belum mengetahui hukum dapat dilihat pada hadits berikut ini. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu; ia berkata, “Ketika kami berada di dalam masjid bersama Rasulullah, tiba-tiba datang seorang badui. Kemudian ia (badui itu) kencing di dalam masjid. Para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berseru, ‘Tahan! Tahan!‘ Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Janganlah kalian ganggu. Biarkan dia.’ Maka para sahabat membiarkannya hingga ia selesai kencing. Selanjutnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam memanggilnya seraya berkata, ‘Sesungguhnya masjid-masjid ini tidak pantas dikenai sesuatu dari air kencing dan kotoran. Ia (dibangun) untuk dzikrullah, shalat, dan membaca Al Qur’an.‘” (HR. Al-Bukhari dan Muslim. Lafal ini milik Muslim) Hadits mulia ini memuat penjelasan perihal kelembutan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kecakapan pembinaan beliau terhadap orang badui tersebut yang belum mengetahui banyak tentang agama (masih jahil). Dalam riwayat Ahmad dan Ibnu Majah, terdapat keterangan bahwa saking terkesannya – setelah paham agama – orang badui itu pun berkata, “Ayah dan ibuku jadi tebusan bagi beliau. Beliau tidak mencela, tidak mencaci maki, dan tidak memukul (ku).” Al Hafizh Ibnu Hajar menyimpulkan, “Dalam hadits ini (hadits Anas) terdapat pelajaran agar bersikap lembut terhadap orang jahil (yang belum mengetahui hukum agama) dan mengajarinya hal-hal yang harus diketahui tanpa disertai celaan terhadapnya. Jika kesalahannya tidak muncul karena keras kepala. Apalagi, bila ia termasuk orang yang masih perlu pendekatan persuasif. Dalam hadits ini pula, termuat cermin kasih sayang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan keluhuran akhlak beliau.” (Fathul Bari, I:388) ** Kutipan dari Al Mu’allimul Awwal, karya Muhammad Fuad As-Salhub, Darul Qasim, Riyadh, Cetakan I, Tahun 1417 H. – Disalin dari Majalah As-Sunnah, Baituna, Edisi 01/Tahun XI/1428 H/2007 M. Artikel WanitaSalihah.Com June 10, 2014 by WanitaSalihah .Com 0 comments 13516 viewson Adab, Aklak, dan Doa Share this post Facebook Twitter Google plus Pinterest Linkedin Mail this article Print this article Tags: adab, jahiliyah, lemah lembut, lembut Next: Penjelasan Hadits Jibril Previous: Kisah Ashabul Ukhdud (Para Pembuat Parit)