Tidak Terasa Mungkin kita pernah berkata, “Tidak terasa sekarang kamu sudah sebesar ini, Nak. Sepertinya baru kemarin kamu belajar merangkak.” Atau, “Tidak terasa sudah sore. Saya pulang dulu ya! Terima kasih banyak untuk jamuannya.” Atau, “Wah, sudah Dzulhijjah. Tidak terasa ya. Pantas bandara ramai sekali. Banyak orang berangkat haji rupanya. Padahal rasanya baru kemarin bulan Ramadhan.” * Ketika kita tiba pada hari ini, Kita merasa hari-hari yang lewat kemarin itu berlalu begitu cepat. Kenikmatan yang sudah lewat rasanya … Bakso yang super gurih, Es jeruk yang super segar, Musim hujan yang super dingin, Pelesir yang super menyenangkan. * Ketika kita tiba pada hari ini, Kita merasa hari-hari yang lewat kemarin itu berlalu begitu cepat. Kesulitan yang sudah berlalu perihnya … Luka yang menganga, Hati yang tersayat, Panas yang membakar, Badan yang remuk redam. * Demikian pula yang akan terjadi Di akhirat kelak. Ketika kehidupan dunia hanya tinggal kenangan. Maka tinggallah kita melihat ke belakang. Tak mampu kembali, meski dada kita dipenuhi penyesalan. Rasa apakah kiranya yang sudah kita siapkan untuk hari itu? * Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, يؤتى بأنعم أهل الدنيا من أهل النار يوم القيامة فيصبغ في النار صبغة ثم يقال يا بن آدم هل رأيت خيرا قط هل مر بك نعيم قط فيقول لا والله يا رب ويؤتى بأشد الناس بؤسا في الدنيا من أهل الجنة فيصبغ صبغة في الجنة فيقال له يا بن آدم هل رأيت بؤسا قط هل مر بك شدة قط فيقول لا والله يا يؤتى بأنعم أهل الدنيا من أهل النار يوم القيامة فيصبغ في النار صبغة ثم يقال يا بن آدم هل رأيت خيرا قط هل مر بك نعيم قط فيقول لا والله يا رب ويؤتى بأشد الناس بؤسا في الدنيا من أهل الجنة فيصبغ صبغة في الجنة فيقال له يا بن آدم هل رأيت بؤسا قط هل مر بك شدة قط فيقول لا والله يا رب ما مر بي بؤس قط ولا رأيت شدة قط Didatangkan orang yang paling kaya di dunia yang menjadi penghuni neraka pada hari kiamat. Kemudian ia dicelupkan ke neraka dengan sekali celupan. Lalu dikatakan kepadanya, “Wahai anak Adam, apakah engkau pernah melihat kebaikan sedikit saja? Apakah pernah engkau merasakan kenikmatan sedikit saja?” Ia menjawab, “Tidak, demi Allah, wahai Rabbku!” Didatangkan pula orang yang paling miskin di dunia yang menjadi penghuni surga. Kemudian ia dicelupkan dalam surga dengan sekali celupan. Lalu dikatakan kepadanya, “Wahai anak Adam, apakah engkau pernah melihat keburukan sekali saja? Apakah engkau pernah melewati kesulitan sekali saja?” Ia menjawab, “Tidak, demi Allah, wahai Rabbku! Aku tidak pernah merasakan keburukan sama sekali, dan aku tidak pernah melihat kesulitan sama sekali.” (HR. Muslim, no. 2807) Bila neraka menjadi tempat tinggal. Maka … Tidak terasa lagi nikmatnya rasa khamr yang pernah membuat mabuk di dunia. Tidak terasa lagi sedapnya bermaksiat siang-malam. Tidak terasa lagi asyiknya menzalimi orang lain. Tidak terasa lagi bangganya mencibir dan menghina syariat Allah dan Rasul-Nya. Semua kenikmatan itu sudah lewat. Sudah berlalu. Tidak terasa, tibalah hari yang dijanjikan oleh-Nya. Ketika kesenangan itu tinggal kenangan. Tibalah hari … ketika yang ada hanya balasan dari Rabb yang Mahakuasa. Neraka beserta siksa dan penderitaan di dalamnya. Lain lagi ceritanya, Bila … Bila surga menjadi tempat tinggal yang abadi. Maka … Tidak terasa lagi sakitnya kaki berdiri untuk shalat tahajjud. Tidak terasa lagi godaan air dingin yang melambai-lambai di tengah teriknya siang Ramadhan. Tidak terasa lagi beratnya perang batin melawan syahwat yang buruk. Tidak terasa lagi sedihnya dihina dan dicibir karena berpegang dengan ajaran Islam. Semua rasa sakit itu sudah lewat. Sudah berlalu. Tidak terasa, tibalah hari yang dijanjikan oleh-Nya. Ketika kesulitan itu tinggal kenangan. Tibalah hari … ketika yang ada hanya balasan dari Rabb yang Mahakuasa. Surga beserta kenikmatan yang kekal abadi di dalamnya. ** Penyusun: Athirah Mustadjab Artikel WanitaSalihah.Com September 5, 2016 by Redaksi WanitaSalihah.Com 1 comment 7491 viewson Hati Suci Share this post Facebook Twitter Google plus Pinterest Linkedin Mail this article Print this article Tags: dunia, Kehidupan, senang, sulit Next: Patungan Kurban Sapi Kurang dari Tujuh Orang, Bolehkah? Previous: Renungan bagi Para Janda, Menikah atau Menjadi Single Parent?
fatimatil imroatil karimah 27 October , 2016 at 12:10 pm mari kita perbaiki diri, sebelum penyesalan semakin menghantui Reply