Enggak Enakan (Pekewuh) itu “Penyakit” Enggak enakan itu “penyakit”. Apalagi jika berkaitan dengan agama. Ia bisa termasuk kategori “penyakit” berbahaya yang bisa menjerumuskan “penderitanya” ke neraka. Kok bisa? Mari kita temukan jawabannya bersama. Bulan Desember — alhamdulillah — mulai banyak pihak-pihak yang mengingatkan bahwa ucapan, ikut bergembira, atau hal-hal lain yang sifatnya mengikuti atau turut serta dalam perayaan Natal merupakan perbuatan yang diharamkan dalam agama. Semua pesan sudah disampaikan. Natal adalah simbol kelahiran Yesus. Yesus bagi umat Nasrani adalah Tuhan. Yesus bagi umat Nasrani adalah anak Tuhan Umat Islam tentu sudah paham bahwa Tuhan (Ilah) tidak dilahirkan, bukan anak, dan tidak melahirkan. Mengucapkan ucapan selamat kepada umat Nasrani sama saja seperti mengatakan: “Selamat ya … atas kelahiran tuhanmu.” “Selamat hari lahir Yesus, ya ….” “Selamat merayakan hari lahir penebus dosamu, ya ….” Dan seterusnya… Tapi, masih banyak yang beralasan karena … “Enggak enak kalau gak ngucapin”, dipoles dengan kata-kata, “Kita kan menghargai mereka.” Seakan-akan bentuk perbuatan baik adalah dengan mengucapkan selamat hari raya saat hari raya selain Islam. Oh, lihatlah wahai saudaraku sesama muslim, apa yang menyebabkan paman Nabi, yang bernama Abu Thalib, tidak masuk Islam? Karena merasa “enggak enak” itulah beliau akhirnya meninggal dalam keadaan kafir. Padahal paman beliau sudah menyadari kebenaran Islam. Sama seperti sebagian orang yang sudah memahami nasihat tentang perayaan Natal ini. Abu Thalib tidak sanggup mengucapkan kalimat tauhid la ilaha illallah; pada saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak paman beliau untuk mengucapkan kalimat itu, di sisi Abu Thalib juga ada gembong orang musyrik yaitu Abu Jahal dan temannya. Abu Jahal terus mengucapkan kalimat yang membuat paman nabi merasa tidak enak (pekewuh) untuk meninggalkan agama nenek moyang mereka. (Terdapat dalam hadits riwayat Bukhari, no. 1360 dan Muslim, no. 24) Berbagai pihak juga sudah mengingatkan agar simbol-simbol perayaan Natal tidak digunakan atau dipakai. Namun tetap saja banyak yang memakai karena alasan terpaksa, atau malah dengan bahagia ikut menggunakannya, “Enggak enak kalau ditolak. Ini hadiah, soalnya.” Umat Islam yang kehilangan prinsip dan kekokohan iman memang sudah dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ، حَتَّى لَوْ سَلَكُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ»، قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ: اليَهُودَ، وَالنَّصَارَى قَالَ: فَمَنْ “Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian, persis seperti jengkal kanan dengan jengkal kiri, atau seperti hasta kanan dengan hasta kiri. Hingga andai orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun), pasti kalian juga akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim, no. 2669) Semoga kita bukan termasuk orang-orang yang mengikuti jalan Yahudi dan Nasrani. Semoga kita bukan termasuk orang yang “enggak enakan” sehingga mengorbankan aqidah Islam. *** Penyusun: Cizkah (Ummu Ziyad) Muraja’ah: Ustadz Ammi Nur Baits Artikel www.WanitaSalihah.com December 20, 2014 by cizkah 2 comments 13596 viewson Aqidah Share this post Facebook Twitter Google plus Pinterest Linkedin Mail this article Print this article Tags: Isa, Nasrani, Natal, Yesus Next: Meninggal dalam Posisi Tidak Menghadap Kiblat Previous: Renungan tentang Kemuliaan Sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
Cinta 21 May , 2016 at 10:56 am Toleransii toleransi. Mereka ucapin selamat idul fitri aja gapapa. Kesannya membatasi diri kalo ucapin aja gak boleh. buat tali silaturahmi degan yang beda agama dari kita. Apa salahnya sih? Memangnya mengejar surga harus menolak mereka yang beda agama dengan kita? Reply
WanitaSalihah.Com 28 May , 2016 at 3:16 pm Toleransi dengan orang kafir memang perlu. Apa batasannya? Jawabnya di surat Al Kafirun, “Bagimu agamamu bagiku agamaku.” Anda tak perlu ikut campur dengan agama mereka. Sibukkanlah diri dengan agama sendiri. Apa susahnya sih ga ngucapin selamat hari raya orang kafir? Meninggalkan perbuatan itu tak membutuhkan energi, cukup mninggalkan saja, tidak melakukan, tak butuh gerak mulut dan tangan. Mudah bukan? Tapi mengapa sesuatu yang mudah ini banyak orang yang merasa keberatan? Reply