Kala Hati Berbalut Rasa Takut


Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ ٱلَّذِينَ هُم مِّنْ خَشْيَةِ رَبِّهِم مُّشْفِقُونَ وَٱلَّذِينَ هُم بِـَٔايَٰتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ وَٱلَّذِينَ هُم بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ وَٱلَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآ ءَاتَوا۟ وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَٰجِعُونَ أُو۟لَٰٓئِكَ يُسَٰرِعُونَ فِى ٱلْخَيْرَٰتِ وَهُمْ لَهَا سَٰبِقُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut kepada Rabb mereka. Dan orang-orang yang beriman kepada Rab mereka. Dan orang-orang yang tidak menyekutukan Rabb mereka (sesuatu pun). Dan orang-orang yang telah memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka. Mereka itulah orang-orang yang bersegera untuk berbuat kebaikan, dan merekalah orang-orang yang pertama memperolehnya.” (Qs. Al Mukminun:57-61)

Imam Tirmidzi meriwayatkan, Aisyah berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah tentang ayat ini, apakah yang dimaksud di sini orang-orang yang meminum arak, berzina dan mencuri?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Bukan begitu, wahai putri As-Shiddiq, tetapi mereka orang-orang yang berpuasa, shalat, dan bersedekah. Mereka takut jika amalannya tidak diterima. Merekalah yang bersegera dalam kebaikan.” [Hadits Shahih, HR.At-Tirmidzi, dalam Kitaabut Tafsiir (IX/19)]

Dari Abu Dzar berkata, “Rasullulah membaca (hal ataa ‘alaa al-insaani hiinun mina addahri…Qs.Al Insaan) sampai selesai . Kemudian bersabda,

“Sungguh aku melihat apa yang tidak kalian lihat, mendnegar apa yang tidak kalian dengar. Langit ini bergemuruh, dan memang pantas bergemuruh. Setiap tempat seluas empat jari, pasti ada malaikat yang meletakkan keningnya, bersujud kepada Allah. Demi Allah, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, pastilah kalian sedikit tertawa, banyak menangis, tidak akan bersenang-senang dengan istri di tempat tidur, dan kalian pasti akan turun ke jalan-jalan bermohon kepada Allah, (Aku katakan) Duhai sekiranya aku adalah sebatang pohon yang ditebas saja.”

[HR. At-Tirmidzi, dalam Az-Zuhd (VI/601),ia berkata,”Hasan gharib”.Juga oleh Al-Hakim, dalam At-Tafsir II/510.dinyatakannya shahih dan disepakati oleh Adz-Dzahabi]

Makna hadits ini, “Kalau seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui tentang keagungan Allah dan betapa murkanya Allah kepada yang bermaksiat kepada-Nya, pastilah tangis, kesedihan, dan ketakutan kalian kepada yang menunggu kalian, akan berkepanjangan. Dan kalian tidak akan pernah tertawa sama sekali.”

Aisyah meriwayatkan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, jika cuaca berubah dan angin bertiup kencang, beliau mondar-mandir, keluar masuk kamar. Yang demikian itu karena beliau takut pada adzab Allah.” [HR.Al-Bukhari, dalam Bad’ul Khalqi VI/3001 dan Muslim, dalam Al-Istiqamah VI/196]

Abdullah bin as-Syihkhiir meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika memulai shalat, terdengarlah dari dada beliau gemuruh seperti suara air yang mendidih dalam bejana.

[Hadits shahih riwayat An-Nasa’i, dalam As-Sahw III/13, Abu Dawud, dalam As-Shalah III/172, At-Tirmidzi, dalam As-Syama’il hal.337, Imam Ahmad dalam Musnadnya IV/25 dan Ibnu Hibban, dalam Al-Buka’ fis Shalah hal.139]

Siapapun yang mencermati kehidupan para sahabat dan para salafush shalih pasti akan mendapati mereka berada pada puncak Khauf. Adapun kita semuanya benar-benar lalai, alpa, dan merasa aman dari adzab.

Abu Bakar as-shiddiq radhiyallahu ‘anhu berkata “Duhai, seandainya aku adalah sehelai rambut yang tumbuh di tubuh seorang mukmin.”

Jika beliau berdiri shalat, tak ubahnya seperti sebatang kayu yang tidak bergerak karena takut pada Allah.

Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu pernah membaca surat Ath-Thur. Ketika sampai pada ayat

“Sungguh, adzab Rabbmu pasti benar-benar terjadi.” (Qs. Ath-Thur: 7), beliau menangis dan semakin menghebat tangis beliau sampai beliau sakit, dan orang-orang pun menjenguk beliau.Beliau juga pernah membaca suatu ayat di malam hari. Ayat itu membuatnya begitu takut, sehingga beberapa hari beliau tidak dapat keluar rumah. Dan orang-orang pun menjenguknya.

Pada wajah beliau terdapat dua garis hitam lantaran banyak menangis.Kepadanya, Abdullah bin Abbas pernah berkata, “Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam telah meramalkan berbagai kota dan membukakan berbagai negeri dengan tanganmu.” Mendengar itu Umar berkata, “Aku ingin kalau bisa meninggalkan dunia ini tanpa pahala dan tanpa dosa.”

Kemudian, saat menjelang ajal, dia berkata kepada putranya, “Anakku, letakkan pipiku di atas tanah, mudah-mudahan Allah mengasihiku.” Lantas beliau berkata, “Celakalah aku, jika Allah tidak mengampuniku.” Begitu beliau ucapkan tiga kali dan beliau pun wafat.

Adalah Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, bila berdiri di depan kuburan menangis sampai jenggotnya basah, seraya bekata, “Seandainya aku ada di antara surga dan neraka padahal aku tidak tahu ke mana aku akan dimasukkan. Sungguh aku akan lebih memilih menjadi abu sebelum aku tahu ke mana aku akan dimasukkan.”

Suatu pagi, seusai melaksakan shalat shubuh dengan bermuram durja dan membolak-balikkan tangannya, Ali bin AbuThalib radhiyallahu ‘anhu berkata, “Sungguh aku pernah melihat para sahabat Nabi. Pada hari ini aku tidak melihat sesuatu pun yang menyerupai mereka.Di pagi hari mereka nampak kusut, pucat, dan berdebu. Di antara dua mata seperti ada lutut kambing. Mereka menghabiskan malam dengan bersujud dan berdiri membaca ayat-ayat Allah. Gerakan mereka hanyalah antara kening dan kaki. Bila pagi tiba, merekapun berdzikir kepada Allah, bergemuruh seperti pepohonan tertiup angin yang kencang. Mata mereka bercucuran air mata sampai-sampai pakaian mereka basah karenanya. Demi Allah, hari-hari ini sepertinya aku menghabiskan malam bersama kaum ini dalam keadaan lalai.” Lantas beliau berdiri dan sejak itu beliau tidak pernah kelihatan tertawa sampai beliau dibunuh oleh Ibnu Muljam.

Musa bin Mas’ud rahimahullah berkisah, ”Kala kami bermajlis dengan Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah, seakan-akan neraka ada di sekitar kami.Yang demikian itu karena kami melihat betapa takut dan khawatirnya ia.”

Abdullah bin Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhu bertutur, ”Menangislah! Jika tidak bisa,maka usahakan untuk menangis. Demi Allah, jika salah seorang di antara kalian benar-benar mengerti,pastilah ia akan berteriak sekeras-kerasnya sampai hilang suaranya,dan akan shalat sampai patah punggungnya.”


Dikutip dari buku Tazkiyatun Nufus (terj) karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Ibnu Rajab Al-Hambali, Imam Al-Ghazali, Penerbit Pustaka Arafah, Solo
Judul asli: Tazkiyatun Nufus wa Tarbiyatuha Kamd Yuqarrirruhu ‘Ulama’ As-Salaf

Artikel WanitaSalihah.Com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.