Mabuk Cinta, Satu Virus Penyakit LGBT Diantara bahaya yang disebabkan mabuk cinta yaitu terjadinya dua perbuatan keji, zina dan homoseksual. Mabuk cinta adalah jalan yang menjerumuskan ke dalam dua dosa tersebut. Dosa yang membawa dampak buruk pada agama, akal,harta, perilaku dan kesehatan seseorang. Ibnul Qayyim rahimahullahberkata, “Tidak ada dosa yang lebih merusak hati dan agama seseorang melainkan dosa zina dan homoseksual. Keduanya sama-sama berperan menjauhkan hati dari Allah. Karena kedua dosa tersebut adalah dosa yang paling besar. Apabila hati telah tercerami oleh keduanya niscaya akan semakin jauh dari Dzat yang Maha Baik yang tidak akan naik kepadaNya kecuali hal-hal yang baik. Setiap kali kejelekan tersebut bertambah maka akan bertambah jauh pula seseorang dari Allah. (Ighatsatul Lahfan, hal. 71) Beliau rahimahullah juga menjelaskan dampak buruk perilaku menyimpang, homoseksual. Diantaranya: 1. Menimbulkan kegelisahan, kegundahan dan menimbulkan perasaan asing bagi para pelakunya. 2. Menjadikan wajah menjadi hitam, menyikasa perasaan, memadamkan cahaya hati, menjadikan wajah nampak selalu sedih yang bisa diketahui dengan mudah oleh seseorang yang mempunyai firasat walaupun hanya sedikit 3. Membuat pelakunya merasa diasingkan, saling membenci dan memicu pertengkaran antara pelaku dan korban. 4. Merusak kejiwaan si pelaku dan korban yang hampir saja tidak bisa disembuhkan lagi kecuali dengan ijin Allah dengan cara bertaubat kepadaNya. 5. Menghilangkan segala kebaikan dari kedua belah pihak. Allah akan menimpakan kebalikannya sebagaimana halnya Allah akan menghilangkan perasaan cinta antara keduanya dan menggantikannya dengan perasaan saling benci dan saling laknat. 6. Merupakan penyebab terbesar hilangnya segala kenikmatan dan berganti dengan kesengsaraan. Perbuatan homoseksual dapat mengundang laknat dan murka Allah, menjauhkan pelakunya dari Allah dan tidak akan diperhatikan olehNya. Lalu kebaikan apakah yang bisa diharapkan setelah ini? Bagaimanakah kelangsungan hidup seorang hamba yang mendapatkan laknat dan murka Allah dan tidak mendapatkan perhatian dari Nya? 7. Bisa menghilangkan rasa malu secara total dari diri pelakunya padahal rasa malu adalah ruhnya hati. Apabila rasa malu telah hilang dari hati seseorang maka ia akan menganggap keburukan sebagai hal yang baik dan mengangggap kebaikan sebagiai hal yang buruk. Disaat itu kerusakan telah menguasai dirinya. 8. Perbuatan homoseksual telah menyelisihi tabiat yang telah Allah ciptakan dan pelakunya telah keluar dari kebiasaan manusia menuju kebiasaan binatang. Homoseksual merupakan tabiat terbalik. Apabila tabiat telah terbalik maka hati, perbuatan dan petunjukpun akan terbalik. Akhirnya iapun akan menganggap baik sesuatu yang jelek sehingga merusak jiwa, perbuatan dan perkatan tanpa ia sadari. 9. Bisa menimbulkan perasaan tak tahu malu dan menimbulkan perasaan berani dalam hal negatif yang tidak dirasakan oleh orang lain yang bukan pelaku homoseksual. 10. Menyebabkan kehinaan yang tidak akan dirasakan oleh orang lain yang bukan pelaku homoseksual. (Zaadul Ma’aad, 4/240-242) Ilmu kedokteran modern telah menetapkan bahwa perilaku homoseksual memiliki dampak buruk yang besar bagi jiwa, akal dan jasmani para pelakunya. Diantaranya dapat menimbulakn rasa was-was, penyakit kelamin seperti sepilis, kencing nanah (gonorrhea), herpes dan AIDS. Homoseksual juga menyebabkan kerusakan pada syaraf,otak, organ reproduksi, menimbulkan luka di jantung dll. Semoga Allah Ta’ala menjauhkan kita semua dari perbuatan keji dan mungkar. اللهم صل وسلم وبارك على نبينا محمد *** Disalin dengan pengeditan seperlunya dari buku “Cinta Buta” (terjemahan), Syaikh Muhammad Bin Ibrahim Al Hamd. Penerbit Darus Sunnah, Jakarta Timur. Artikel Wanitasalihah.com March 23, 2016 by WanitaSalihah.Com 0 comments 3497 viewson Hati Suci Share this post Facebook Twitter Google plus Pinterest Linkedin Mail this article Print this article Tags: Bahaya homoseksual, Bahaya LGBT, Bahaya mabuk cinta, LGBT menurut Islam, No LGBT Next: Program Buku Gratis Panduan Praktis Wanita Haid Previous: Benarkah Tidak Boleh Bicara Ketika Makan?