Memangkas Angan-Angan dan Mengingat Kematian


Kematian

Mengingat kematian dapat mendorong beramal dan menghilangkan kemalasan. Ini berdasarkan hadits Abdullah bin Umar yang menuturkan, “Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam memegang pundakku lalu bersabda, ”Bersikaplah engkau di dunia ini seolah-olah engkau orang asing atau pengembara.” Ibnu Umar mengungkapkan, ”Bila engkau berada di waktu sore, jangan menunggu waktu pagi. Dan bila engkau berada di waktu pagi, jangan menunggu waktu sore. Gunakan sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum matimu. ” (HR. Bukhari)

Imam Syafi’i mengatakan,

Raihlah keutamaan rukuk di waktu luang
Barangkali saja kematianmu datang tiba-tiba
Banyak yang sehat yang engkau lihat tanpa penyakit
Namun tubuh sehatnya itu binasa tanpa di sangka-sangka
(Hadyus Sari Muqaddimah Shahihil Bukhari, karya Ibnu Hajar)

Manakala berita kematian Abdullah bin Abdirrahman Ad Darimi disampaikan kepadanya, ia mengucapkan,

Jika engkau hidup, engkau berduka atas meninggalnya orang-orang tercinta.
Dan kelanggengan dirimu pastilah lebih menyedihkan
(Hadyus Sari Muqaddimah Shahihil Bukhari, karya Ibnu Hajar)

Yang lain mengatakan,

Shalatmu adalah cahaya sementara orang-orang tidur pulas
Dan tidurmu adalah penentang yang keras terhadap shalat
Usiamu adalah keberuntungan besar bila engkau pintar menggunakannya
Namun bila tidak, ia akan berlalu dan cepat hilang tak berbekas
(Qiyamul Lail, karya Muhammad bin Nashr dan At Tahajjud wa Qiyamul Lail, karya Ibnu Abi Dunya)

Sebagian kaum shalih mengatakan,

Aku heran pada tubuh dan kesehatan
Serta pemuda yang tidur hingga subuh
Padahal kematian tak dapat dihindari sambarannya
Di kegelapan malam ketika berjalan
Diantara yang dipanggul ke sebuah liang
Amal-amal terhampar dalam kubur
Di antara yang dicabut nyawanya dengan tiba-tiba
Hilanglah kesombongan dan kebanggaan
Kematian menjemputnya saat lalai
Ia pun mati penuh sesal menuju padang mahsyar
(At Tahajjud wa Qiyamul Lail, karya Ibnu Abi Dunya)

***

Diambil dari buku Shalat Malam yang Selalu Diremehkan, Karya Dr. Sa’id bin Wahf Al Qahthani, Penerbit Kiswah (Judul asli, Qiyamul Lail, Fadhluhu wa Adabuhu Wal Asbabul Mu’inah ’Alaih)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.