Anak Perempuan Ayah


Anak Perempuan Ayah

Anak perempuan adalah penghibur hati seorang ayah.
Sikap manjanya adalah sebuah humor yang bisa membuat ayah bergelak tawa.
Air matanya membuat hati ayah pun ikut teriris.
Anak perempuan memiliki tempat istimewa di hati seorang ayah.

***

“Anak siapa ini?” tanya ayah.
“Anak ayah,” jawab sang putri.
Rasa letih seharian terhapus dengan pelukan dan ciuman dari sang putri kecil.
Anak perempuan ayah adalah penawar lara yang menguapkan segala penat.

***

Anak perempuan, sewaktu ia kecil ataupun telah beranjak dewasa, tetap menempati ruang istimewa di hati seorang ayah.
Anak perempuan dapat merasakan ketulusan kasih seorang ayah, meski itu hanya lewat kalimat bersahaja atau sikap sederhana.

***

Ayah, setinggi apa pun kedudukannya, tak malu untuk berlaku manis kepada anak perempuannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menunjukkan betapa seorang rasul yang juga pemimpin tertinggi di tengah umatnya menyambut kehadiran putri tersayangnya dengan suka cita.

Dalam As-Sunan Al-Kubra no. 9192 terlukis interaksi indah antara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Fatimah, putrinya,

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَآهَا قَدْ أَقْبَلَتْ، رَحَّبَ بِهَا، ثُمَّ قَامَ إِلَيْهَا، فَقَبَّلَهَا، ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِهَا فَجَاءَ بِهَا حَتَّى يَجْلِسَهَا فِي مَكَانِهِ،

Setiap kali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat Fatimah mendekat, beliau akan menyambutnya.

Beliau akan berdiri dan mencium Fatimah.

Kemudian beliau pegang tangan Fatimah dan mengajak Fatimah untuk duduk di tempat duduk beliau.

Perlakuan Fatimah pun sama manisnya,

وَكَانَتْ إِذَا رَأَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ‌رَحَّبَتْ ‌بِهِ، ‌ثُمَّ ‌قَامَتْ ‌إِلَيْهِ ‌فَقَبَّلَتْهُ

Setiap kali ia melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia akan menyambutnya.

Lalu ia akan berdiri dan menciumnya.

Menjelang wafatnya Rasulullah, Fatimah dan Rasulullah masih sempat bertukar cerita dan tawa.

وَإِنَّهَا دَخَلَتْ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَرَضِهِ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ، فَرَحَّبَ بِهَا، وَقَبَّلَهَا، ثُمَّ أَسَرَّ إِلَيْهَا فَبَكَتْ، ثُمَّ أَسَرَّ إِلَيْهَا فَضَحِكَتْ

Fatimah menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tatkala beliau menderita sakit yang menjadi penyebab wafatnya.

Beliau menyambutnya dan menciumnya.

Lalu beliau sampaikan sesuatu, sehingga Fatimah menangis.

Kemudian beliau ceritakan sesuatu, hingga Fatimah pun tertawa.

***

Tak ada kekakuan dalam hubungan mereka berdua.
Mereka benar-benar menunjukkan kebahagiaan atas karunia dari Allah tersebut. Bukankah keberadaan keluarga adalah sebuah rezeki yang patut disyukuri?

Para ayah, yang mungkin belum merasakan kedekatan dengan putrinya, pulanglah.
Penuhilah masa depan dengan keindahan yang mungkin belum terisi dalam kesempatan yang telah berlalu.

Ayah, pulanglah dengan hati berbunga.
Di rumah, sudah ada anak perempuan yang menantimu dengan segenap cintanya.

***

Penulis: Athirah Mustadjab

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.