Cara Membersihkan Pakaian Jika Terkena Kencing Bayi


Kencing Bayi Najis

Apabila Bayi Hanya Minum Asi (Belum Makan Selain Asi)

Jika bayi tersebut laki-laki maka cara menyucikannya cukup dengan memercikkan air pada bagian yang terkena kencing. Adapun bayi perempuan dengan mencucinya. Berdasarkan beberapa riwayat hadits berikut:

Pertama,

Hadits Ibunda kaum mukminin Aisyah radhiallahu’anha,

أنَّ النبيَّ صلّى الله عليه وسلّم أُتِيَ بغلامٍ، فبال على ثوبه، فدعا بماءٍ فأتْبَعَهُ بَولَه؛ ولم يغسِلْه

“Suatu ketika didatangkan seorang bayi laki-laki kepada Nabi shallallahu’alahi wasalla kemudian bayi tersebut kencing dan mengenai pakaian beliau. Beliau shallallahu’alaihi wasallam meminta air lalu memercikan pada pakaian yang terkena kencing dan tidak mencucinya.” (HR. Bukhari 1/91dan Muslim 1/237)

Kedua,

Hadits Ummu Qais binti Mihshan radhiallahu’anha,

أنها أتت بابن لها صغير ، لم يأكل الطعام ، إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فأجلسه في حجره ، فبال على ثوبه ، فدعا بماء فنضحه على ثوبه ، ولم يغسله

Ummu Qais memiliki bayi laki-laki yang belum makan makanan. Suatu ketika beliau membawanya menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mendudukkan anak tersebut diatas batu (tempat duduk beliau). Kemudian ia kencing dan mengenai pakaian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau meminta sejumlah air kemudian memercikkan pada pakaian yang terkena kencing dan tidak mencucinya. (HR. Bukhari No.222 dan Muslim No 286)

Apabila Bayi Sudah Makan Selain Asi

Cara membersihkannya seperti kencing orang dewasa yaitu dengan mencuci pakaian tersebut hingga bersih.

Qatadah mengatakan,

وهذا ما لم يطعما الطعام ، فإذا طعما غسلا جميعا .

(Hadits diatas) berlaku selama kedua bayi tersebut (bayi laki-laki dan perempuan) belum memakan makanan. Adapun jika telah makan maka dicuci seluruhnya. (Syarhu Ahaditsi Umdatil Ahkam, hadits 27)

Imam At Tirmidzi berkata,

وهو قول غير واحد من أهل العلم من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم والتابعين ومن بعدهم مثل أحمد وإسحاق قالوا : يُنضح بول الغلام ، ويغسل بول الجارية ، وهذا ما لم يَطعما ، فإذا طعما غُسلا جميعا

Ini merupakan pendapat beberapa ulama, sejak zaman sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, generasi tabi’in, dan ulama generasi setelah mereka, seperti Imam Ahmad dan Ishhaq. Mereka berpendapat, kencing bayi laki-laki cukup dengan diperciki air, sedangkan kencing bayi perempuan dengan mencucinya. Ini berlaku selama keduanya belum makan makanan. Adapun jika keduanya telah makan maka harus dicuci. (Syarh Ahadits Umdatil Ahkam)

Apa hikmah dari perbedaan perlakuan kencing dua bayi ini?

Al ‘allamah Muhammad Shalih Al Utsaimin rahimahullah menjawab:

أنَّ الحكمة أن السُّنَّة جاءت بذلك، وكفى بها حكمة، ولهذا لما سُئِلَت عائشة رضي الله عنها: ما بَالُ الحائض تقضي الصَّوم، ولا تقضي الصَّلاة؟ فقالت: «كان يُصيبنا ذلك على عهد الرَّسول صلّى الله عليه وسلّم فنُؤْمَر بقضاء الصَّوم، ولا نُؤْمَر بقضاء الصَّلاة »

Hikmahnya adalah karena demikianlah sunnah yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Cukuplah sunnah ini dikatakan sebagai hikmah. Karena itu, tatkala Aisyah radhiallahu’anha ditanya, “Bagaimana bisa seorang wanita haid diperintahkan mengqadha puasa namun tidak mengqadha shalat?Beliau radhiallahu’anha menjawab, “Demikianlah yang kami lakukan semasa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hidup. Kami diperintah mengqadha puasa dan tidak diperintah mengqadha shalat.”

Kemudian beliau melanjutkan,

ومع ذلك التمس بعض العلماء الحكمة في ذلك فقال بعضهم: الحكمة في ذلك التيسير على المكلَّف، لأن العادة أن الذَّكر يُحْمَل كثيراً، ويُفرح به، ويُحَبُّ أكثر من الأُنثى، وبوله يخرج من ثقب ضيِّق، فإِذا بال انتشر، فمع كثرة حمله، ورشاش بوله يكون فيه مشقَّة؛ فخُفِّفَ فيه .

Meski demikian sebagian ulama mencari hikmah di balik sunnah ini. Mereka berkata hikmah sunnah ini diantaranya adanya kemudahan (yang Allah berikan) kepada hambaNya yang diberi beban syariat. Umumnya bayi laki-laki sering digendong, karena lebih disukai dari pada bayi wanita. Kemudian, kencingnya keluar dari saluran yang kecil, sehingga ketika keluar air kencing, muncrat ke mana-mana.

Karena sering digendong, dan air kencingnya berceceran, akan menjadi beban untuk membersihkannya. Sehingga diberi keringanan membersihkannya.

(Syarhul Mumti’ ‘Ala Zaadil Mustqni‘ 1/373)

Wallahu a’lam


Penulis: Umi Farikhah (Ummu Fatimah)
Murajaah: Ustadz Ammi Nur Baits

Artikel WanitaSalihah.Com

Artikel Berseri:

  1. Cara Membersihkan Pakaian Jika Terkena Darah Haid
  2. Cara Membersihkan Pakaian Jika Terkena Kencing Bayi
  3. Cara Membersihkan Pakaian Jika Terkena Madzi
  4. Cara Membersihkan Ujung Bawah Pakaian Jika Terkena Najis

Maraji’:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.