Menuntut Ilmu syar’i untuk Mencari Dunia?


Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin rahimahullah ditanya:

Bagaimana pendapat Anda tentang sebagian penuntut ilmu (ilmu syar’i) yang belajar untuk memperoleh pekerjaan atau penghasilan, demikian pula apa yang dilakukan oleh sebagian mereka berupa menyewa orang untuk meneliti, atau mempersipkan karya tulis, atau menelaah kitab-kitab sehingga bisa memperoleh ijazah ilmiah?

Beliau menjawab:

Penuntut ilmu wajib mengikhlaskan niat karena Allah dan meyakini bahwa tidaklah di membaca, baik 1 huruf , atau 1 kata, atau 1 halaman penuh tentang ilmu syar’i melainkan hal itu akan mendekatkannya kepada Allah, akan tetapi bagaimana mungkin dia meniatkan mendekatkan diri kepada Allah dengan menuntut ilmu?

Jawabnya: Hal itu mungkin karena Allah memerintahkannya untuk itu. Apabila Allah memerintahkan sesuatu lalu dilakukan oleh manusia dengan alasan melaksanakan perintah Allah, maka itu berarti beribadah kepada Allah, karena ibadah kepada-Nya adalah melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, mencari ridha-Nya dan takut terhadap siksa-Nya

Diantara niat yang ikhlas dalam mencari ilmu adalah meniatkannya untuk menghilangkan kebodohan dari diri sendiri dan juga orang lain dari umat ini .Tandanya adalah seseorang engkau lihat terpengaruh oleh ilmunya setelah ia menuntut ilmu, ada perubahan dalam akhlak dan cara hidupnya. Engkau lihat pula dia bersemangat dalam memberikan manfaat pada orang lain, dan ini menunjukkan bahwa niatnya dalam menuntut ilmu adalah untuk menghilangkan kebodohan dalam diri sendiri dan orang lain, sehingga dia menjadi teladan, dia menjadi shalih dan membuat oang lain menjadi shalih. Inilah yang terdapat dalam diri salafush shalih.Adapun apa yaang dilakukan oleh generasi belakangan pada zaman sekarang ini, mereka amat jauh dari hal itu. Engkau dapati banyak orang dari kalangan penuntut ilmu di universitas atau pesantren ada yang niatnya tidak bermanfaat, baik di dunia maupun di akhirat, bahkan membahayakannya, dia meniatkan untuk memperoleh ijazah agar menjadi alat untuk memperoleh dunia saja. Padahal sudah ada peringatan keras dari Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يَبْتغِيْ بِهِ وَجْهَ ا للهِ لَايَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيْبَ بِهِ عَرْضًا مِنَ الدُّ نْيَا لَمْ يَجِدْ عَرَفَ الْجَنَّتةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barangsiapa yang mempelajari ilmu yang seharusnya ditujukan untuk mengharap waajah Allah Azza wa Jalla, dia tidak memmpelajari ilmu itu melainkan untuk memperoleh harta dunia, maka dia tidak akan mendapatkan harumnya surga pada hari kiamat.” [HR.Imam Ahmad (II/338),Abu Dawud (III/323) dan Ibnu Majah (I/93)].

Ini adalah bahaya besar. Ilmu syar’i dijadikan sebaga alat untuk memperoleh harta dunia, hal ini membalikkan hakikat. Jika seorang penuntut ilmu memilik niat yanng ikhlas maka dunia akan mendatanginya, dia tidak akan kehilangannya sedikitpun, dan dia beserta orang-orang yang menginginkan ijazah akan keluar dalam keadaan yang sama, tetapi orang yang ikhlas dapat sampai kepada ilmu dan memperdalamnya.’

Diantara hal yang amat disesalkan seperti yang diterangkan oleh penanya- bahwa sebagian mahasiswa menyewa orang -orang yang membuatkan penelitian atau skripsi untuk mendapatkan ijazah ilmiah, atau menyewa oarng-oragng yang menelaah beberapa kitab lalu dia berkata, “Beri saya biografi mereka!” Lalu dia meneliti biografi si Fulan, kemudian dia menyodorkan skripsi kepadanya untuk memperoleh nilai yang diharuskan agar dia menjadi orang yang dianggap guru atau sejenisnya. Hal ini pada hakikatnya betentangan dengan maksud universitas dan menyimpang dari reliata. Saya melihat hal ini sebagai jenis pengkhianatan, karena pastilah maksud penulisan skripsi adalah mempelajari ilmu sebelum apa pun, maka apabila maksud penulisan itu hanya ijazah saja, jika di ditanya beberapa waktu setelah itu tentang materi pelajaran yang menyebabkan memeperoleh ijazah itu maka dia tidak akan bisa menjawab.

Oleh karena itu saya mengingatkan saudara-saudara saya yang menelaah kitab-kitab atau orang-orang yang membuat skripsi seperti ini tentang akibat yang buruk, dan saya katakan bahwa tidak mengapa meminta pertolongan pada orang lain akan tetapi tidak dalam bentuk seperti itu yaitu skripsi seluruhnya buatan orang lain.

Semoga Allah memberi taufik kepada semuanya untuk memperoleh imu yang bermanafaat dari amal yang shalih, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkna segala do’a

Di salin dari buku “Kitaabul ‘Ilmi “ Karya Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin rahimahullah edisi bahasa Indonesia “Panduan Lengkap Menuntut Ilmu
Penterjemah Abu Haidar Al Sundawy
Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Bogor

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.