Sekali Lagi, Tentang Qadha Puasa Bagi Wanita Hamil dan Menyusui


Qadha dan Fidyah

Fatwa Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah

Penanya berkata,

Aku membaca sebuah kitab ‘Shifatu Shaumin Nabi shallallahu’alaihi wasallam fi Romadhon’ karya Salim Al Hilaliy. Disebutkan di dalamnya bahwa wanita hamil, menyusui jika keduanya khawatir akan dirinya atau anaknya maka mereka berdua boleh berbuka (tidak berpuasa) dengan memberi makan setiap harinya satu orang miskin dan tidak wajib mengqadha. Benarkah pendapat ini? Kami mengharapkan penjelasan.

Jawab:

Wanita (hamil dan menyusui) tidak wajib mengqadha puasanya namun yang wajib baginya adalah memberi makan setiap harinya seorang miskin. Inilah jawaban yang benar. Adapun syarat seperti yang disebutkan yaitu wanita hamil dan menyusui jika khawatir akan diri atau anaknya. Syarat ini sekedar ijtihad sebagian ulama, sepantasnya wanita hamil dan menyusui tidak terbebani dengannya.

Karena Nabi shallallahu’alaihi wasallam sungguh telah bersabda,

إن الله – تبارك وتعالى- قد وضع الصيام عن الحامل والمرضع

Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala mengangkat kewajiban puasa dari wanita hamil dan menyusui.

Kemudian Ibnu Abbas berkata tentang tafsir firman Allah Ta’ala,

فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضَاً أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرٍ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِين

Barangsiapa diantara kalian yang sakit atau dalam perjalanan (lalu berbuka puasa) maka wajib mengganti puasanya di hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya wajib membayar fidyah yaitu dengan memberikan makan seorang miskin. (QS. Al Baqarah: 183)

Ibnu ‘Abbas radhiallahu’anhu berkata, Wanita hamil dan menyusui wajib baginya memberi makan (orang miskin).

Dalam perkataan beliau ini sama sekali tidak ditemukan syarat seperti yang disebutkan, yaitu jika wanita hamil dan menyusui mengkhawatirkan dirinya atau anaknya.

Kesimpulan jawaban:

Setiap wanita hamil dan menyusui diperbolehkan berbuka puasa dan kewajibannya memberi makan seorang miskin setiap hari (yang ia tinggalkan). Tidak ada kewajiban qadha bagi mereka kecuali membayar kafarah ini (fidyah) .

As Silsilah Fatawa Jiddah kaset no. 25
Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah WanitaSalihah.Com

من سلسلة فتاوى جدة، شريط رقم : (25 )

يقول السائل: قرأت في كتاب: صفة صوم النبي صلى الله عليه وسلم في رمضان لمؤلفه: سليم الهلالي؛ أن الحامل والمرضع إذا خافتا على نفسيهما أو ولديهما أفطرتا وأطعمتا عن كل يوم مسكيناً، ولا يجب عليها القضاء، فما صحة هذا القول؟ نرجو التوضيح.

الجواب: لا يجب عليها القضاء وإنما يجب عليها الكفارة عن كل يوم مسكيناً، هذا الجواب الصحيح، أما الاشتراط المذكور؛ وهو إذا خافت الحامل والمرضع على نفسيهما أو ولديهما! هذا الشرط إنما هو اجتهاد من بعض العلماء لا تكلف به الحامل أو المرضع.

لأن النبي صلى الله عليه وآله وسلم قد قال: {إن الله – تبارك وتعالى- قد وضع الصيام عن الحامل والمرضع} ثم قال ابن عباس في تفسير قوله تعالى: {فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضَاً أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرٍ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِين} قال ابن عباس رضي الله عنه:

أن الحامل والمرضع عليها الإطعام أي لا يوجد هناك الشرط المذكور آنفاً؛ أن تخاف الحامل أو المرضع على نفسها أو على ولدها.

خلاصة الجواب: يجوز لكل حامل ولكل مرضع أن تفطر وأن تطعم عن كل يوم مسكيناً، ولا قضاء عليها إلا هذه الكفارة.

Sumber : http://www.sahab.net/forums /index.php?showtopic=95002

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.