Iman dengan Hari Hisab


Iman dengan Hari Hisab

Ada dua model hisab di akhirat kelak. Dalam suatu hadis, Rasulullah ﷺ pernah bersabda,

مَنْ حُوسِبَ عُذِّبَ. قَالَتْ عَائِشَةُ: فَقُلْتُ أَوَلَيْسَ يَقُولُ اللهُ تَعَالَى: { فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا } (الانشقاق: ۸) قَالَتْ: فَقَالَ: نَّمَا ذَلِكِ العَرْضُ، وَلَكِنْ مَنْ نُوقِشَ الحِسَابَ يَهْلِكُ

“Barang siapa yang dihisab, maka ia tersiksa.”
Aisyah bertanya, “Bukankah Allah telah berfirman, ‘Maka ia akan dihisab dengan hisab yang mudah?’”
Rasulullah ﷺ menjawab, “Hal itu adalah al-‘ardh (pemaparan). Namun, barang siapa yang diperinci dan detail saat dihisab, ia akan binasa.” (H.R. Bukhari no. 103 dan Muslim no. 276)

Para ulama menjelaskan bahwa kelak di hari kiamat akan ada pemaparan dan hisab.

Model Pertama: Pemaparan (Al-‘Ardh)

Pemaparan artinya Allah memaparkan seluruh amalannya di hadapan-Nya dan hanya berdua antara dirinya dengan Allah. Nabi ﷺ bersabda,

مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا سَيُكَلِّمُهُ رَبُّهُ، لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ تُرْجُمَانٌ، وَلَا حِجَابٌ يَحْجُبُهُ

“Tidaklah ada Seorang pun di antara kalian, kecuali ia akan diajak bicara oleh Rabb-nya. Tidak ada di antara keduanya penerjemah dan penghalang yang menghalanginya.” (HR. Bukhari no. 7443)

Dari sanalah, Allah akan menampakkan catatan amal. Dalam hadis yang lain, Nabi pernah berdoa,

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سَمِعْتُ النَّبِيَّ ﷺ يَقُولُ فِي بَعْضِ صَلَاتِهِ《اللَّهُمَّ حَاسِبْنِي حِسَاباً يَسِيرًا》.فَلَمَّا انْصَرَفَ قُلْتُ يَا نَبِيَّ اللهِ مَا الْحِسَابُ الْيَسِيرُ قَالَ《أَنْ يَنْظُرَ فِي كِتَابِهِ فَيَتَجَاوَزَ عَنْهُ إِنَّهُ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَوْمَئِذٍ يَا عَائِشَةُ هَلَكَ وَكُلُّ مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ يُكَفِّرُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهِ عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةُ تَشُوكُهُ》

Dari Aisyah, ia berkata, saya telah mendengar Nabi ﷺ pada sebagian salatnya membaca, “Ya Allah, hisablah aku dengan hisab yang mudah.”

Ketika beliau berpaling saya bekata, “Wahai Nabi Allah, apa yang dimaksud dengan hisab yang mudah?” Beliau bersabda, “Seseorang yang Allah lihat kitabnya lalu memaafkannya. Orang yang diperdebatkan hisabnya pada hari itu pasti celaka, wahai Aisyah. Setiap musibah yang menimpa orang beriman Allah akan menghapus (dosanya) karenanya, bahkan sampai duri yang menusuknya.” (HR. Ahmad, 6:48)

Allah tidak menghisab kaum mukminin secara detail, tetapi cukup dengan al-‘ardh (pemaparan). Allah hanya memaparkan dan menjelaskan semua amalan tersebut di hadapan mereka. Demikian pula yang dijelaskan Rasulullah dalam hadits Ibnu Umar. Beliau berkata,

سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُولُ إِنَّ اللهَ يُدْنِي الْمُؤْمِنَ فَيَضَعُ عَلَيْهِ كَنَفَهُ وَيَسْتُرُهُ فَيَقُولُ أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا فَيَقُولُ نَعَمْ أَيْ رَبِّ حَتَّى إِذَا قَرَّرَهُ بِذُنُوبِهِ وَرَأَى فِي نَفْسِهِ أَنَّهُ هَلَكَ قَالَ سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا وَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ الْيَوْمَ فَيُعْطَى كِتَابَ حَسَنَاتِهِ وَأَمَّا الْكَافِرُ وَالْمُنَافِقُونَ فَيَقُولُ الْأَشْهَادُ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ أَلَا لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ

Aku telah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Allah mendekati seorang mukmin, lalu meletakkan padanya sitar (الكتف asalnya berarti sayap burung yang digunakan untuk menutup dirinya dan telurnya) dan menutupinya (dari pandangan orang lain). Lalu (Allah) berseru, ‘Tahukah engkau dosa ini? Tahukah engkau dosa itu?’ Mukmin tersebut menjawab, ‘Ya, wahai Rabb-ku,’ hingga bila selesai meyampaikan semua dosa-dosanya dan mukmin tersebut melihat dirinya telah binasa, Allah berfirman, ‘Aku telah rahasiakan (menutupi) dosa itu di dunia, dan Aku sekarang mengampunimu.’ Lalu, ia diberi kitab kebaikannya. Sementara itu, kepada orang kafir dan munafik, Allah berfirman, ‘Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Rabb mereka.’ Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim.” (HR. Bukhari no. 2441 dan Muslim no. 2768)

Inilah karunia Allah sekaligus hal yang sangat memalukan bagi seorang mukmin yang melakukan kemaksiatan. Tatkala tidak ada orang yang melihatnya, ia menutup rapat semua pintu dan jendelanya, lalu bermaksiat kepada Allah. Maka, perbuatan maksiat ini akan diingatkan Allah pada hari kiamat kelak walaupun ia sudah bertobat. Meskipun Allah tidak mempermalukan ia di hadapan banyak orang, tetapi hal tersebut sudah cukup memalukan di hadapan Allah. Bahkan, Nabi Adam yang sudah diterima tobatnya oleh Allah akibat pelanggarannya karena telah memakan buah yang dilarang, juga takut terhadap dosanya itu. Lalu, ketika orang-orang datang kepada Nabi Adam dan meminta Nabi Adam untuk memberi mereka syafaat di sisi Allah, Nabi Adam tidak mau karena telah melanggar perintah Allah. Padahal, Nabi Adam telah bertobat dan sudah diterima oleh Allah. Namun, Nabi Adam masih khawatir dengan dosanya.

Model Kedua: Hisab

Al-Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani menjelaskan makna dari hisab munaqasyah,

وَالْمُرَادُ بِالْمُنَاقَشَةِ الاِسْتِقْصَاءُ فِي الْمُحَاسَبَةِ وَالْمُطَالَبَةُ بِالْجَلِيلِ وَالْحَقِيرِ وَتَرْكِ الْمُسَامَحَةِ

“Maksud munaqasyah ini adalah penghitungan secara detail dan penuntutan segala dosa, baik besar maupun kecil, tanpa adanya pemaafan.” (Fathul Bari, 11:401)

Dengan demikian, model kedua tersebut mengharuskan adanya penyiksaan. Rasulullah ﷺ bersabda,

مَنْ نُوقِش الحِسَابَ عُذبَ

“Barang siapa yang disidang secara rinci tatkala hisab, maka ia disiksa.”

Orang itu akan disiksa dari dua sisi:

  • Pertama, ketika disidang.
  • Kedua, setelah persidangan, yaitu ketika masuk neraka.

***

Sumber: Tafsir Juz ‘Amma, Dr. Firanda Andirja, Lc., MA., hlm, 226-228

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.