Menurut Syiah: Ziarah ke Kuburan Para Imam Lebih Utama Dari Haji ke Baitullah


syiah bukan islam

Ulama-ulama Syiah berkeyakinan bahwa berhaji ke makam para imam lebih agung daripada menunaikan rukun Islam yang kelima (berhaji ke Baitullah). Ini merupakan bentuk berlebih-lebihan terhadap imam Ahlul Bait setelah mereka wafat. Para ulama Syiah membuat riwayat-riwayat palsu yang menyebutkan pahala yang seperti khayalan bagi orang muslim yang berziarah ke makam para imam. Dan banyaknya riwayat yang dikarang dalam riwayat ini menunjukkan betapa besar pengkultusan mereka terhadap imam-imam itu, dan menunjukkan betapa melampaui batasnya mereka dalam memalsukan hadits.

Dalam Bihaarul Anwaar, Al-Majlisi membuat batasan tersendiri yang berjudul “Al-Mazaar”(kitab ziarah) sebanyak tiga jilid, yaitu pada halaman 97, 98, 99. Dalam Wasaa-ilusy Syiah (10/251), karya al-Hurr al-Amili, terdapat “Abwaab al-Mazaar”,yaitu bab-bab bahasannya tentang keutamaan berziarah ke makam para imam, yang mencapai 106 bab.

Dalam kitab Man Laa Yahdhuruhul Faqih (II/429), salah satu kitab pedoman kaum Syiah, dan Tahdzibul Ahkaam (VI/3,116) -satu dari empat rujukan utama mereka yang terkenal- mengandung banyak bab yang berisi pengagungan makam, penghomatan terhadap kuburan, serta munajat dengan doa-doa yang mengandung unsur penuhanan kepada para imam.

Karena begitu pentingnya tujuan amalan ini bagi masyarakat Syiah, maka ditulislah beberapa kitab yang khusus membahas ziarah dan tata cara beribadah didalamnya, seperti al-Mazaar, karya Muhammad bin Ali al-Fadhl, al-Mazaar, karya Muhammad al-Masyhadi, Kaamiluz Ziyaaraat karya Ibnu Qalawiyah al-Qummi, dan lain-lainnya. (Wasaa-ilusy Syiah [20/48-49])

Berikut ini sebagian cerita fiktif dalam riwayat-riwayat tersebut:

Abu Abdillah menegaskan: ”Sesungguhnya pandangan Allah yang pertama kali ditujukan kepada para peziarah kuburan al-Husain bin Ali pada waktu senja Arafah, sebelum Dia memandang ahlul mauqif (kaum muslimin yang sedang berwukuf di Arafah).” Perawi bertanya: ”Mengapa demikian?” Diapun menjawab, ”Karena di antara orang-orang yang wukuf di Arafah terdapat anak zina, sedangkan pada para peziarah kuburan al-Husain tidak terdapat anak zina.”

Ash-Shadiq berkata: ”Siapa yang ‘arafa di sisi kuburan al-Husain dianggap telah hadir di arafah.” Makna ‘arafa di sini adalah wukuf pada waktu Arafah.

Dari ash-Shadiq: ”Siapa yang berziarah ke makam al-Husain pada hari Arafah, maka Allah menulis baginya satu juta ibadah haji bersama al-Qaim (al-Mahdi), satu juta umrah bersama Rasulullah shallalalhu ‘alaihi wasallam, membebaskan satu juta jiwa sahaya, membawa satu juta kuda di jalan-Nya, dan Allah akan menyebutnya ‘hamba-Ku ash-Shiddiq, yang telah percaya dengan janji-Ku.’ Lalu para malaikat akan berkata:’Fulan ash-Shiddiq’dan Allah pun menyucikannya dari atas Arsy-Nya…”

Ash-Shadiq pun berkata: ”Shalat di tanah suci al-Husain, setiap rakaatnya akan diberikan pahala di sisi-Nya seperti ibadah haji seribu kali, umrah seribu kali, memerdekakan seribu budak, dan seakan-akan melakukan wukuf di jalan Allah sejuta kali bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. (lihat riwayat ini di al Waafi karya al-Faidh al-Kasyani, jilid ke-14 (VIII/1467-1478).

Dalam Bihaarul Anwaar karya al-Majisi disebutkan: ”Siapa saja yang menziarahi makam al-Ridha, atau salah seorang imam ahlul Bait, lantas beribadah disisinya, maka akan dituliskan baginya –dia pun menyebutkan seperti tertera pada nash di atas ,dan menambahkan-pada setiap langkahnya mendapatkan 100 ibadah Haji, 100 ‘Umrah, memerdekakan 100 budak di jalan Allah, ditulis baginya 100 kebaikan, dan dihapuskan baginya 100 dosa.” (Al-Bihaar [97/137-138]).

Para ulama syiah juga meriwayatkan: ”Siapa di antara kalian yang berziarah ke makam al-Husain niscaya ditulis baginya 70 ibadah haji, setara dengan haji dan umrah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Tsawaahul A’maal karya Ibnu Babuwaih (hlm.52),dan Wasaa-ilusy karya Huur al-Amili [X/351-352]).

Para ulama Syiah sungguh sangat melampaui batas hingga meriwayatkan: ar-Ridha mengatakan, ”Siapapun yang berziarah ke makam al-Husain di sungai Eufrat, maka dia seperti seorang yang berkunjung kepada Allah di atas Arsy-Nya.”(Bihaarul Anwaar [98/69-70] dan Tsawaahul A’maal karya Ibnu Babuwaih al-Qummi [hlm.85]).

Dari Abu ‘Abdillah,dia berkata, ”Siapapun yang berziarah ke makam al-Husain bin Ali pada hari Asyura dengan mengetahui haknya, maka dia seperti orang yang berkunjung kepada Allah di Arsy-Nya.” (Mustadrakul Wasaa-il [X/291], Bihaarul Anwaar [98/105], al-Iqbaal [hlm.567] karya Ali bin Musa bin Ja’far (di kenal dengan Ibnu Thawus wafat th 664 H])

Pernahkah engkau mendengar bahwa orang yang tidak berziarah ke makam-makam tersebut telah kafir?

Disebutkan dalam al-Wasaa-il, Harun bin Kharijah menuturkan dari Abu ‘Abdullah: ”Saat aku bertanya kepadanya tentang orang yang meninggalkan ziarah kemakam al-Husain tanpa alasan, dia lalau berkata, ”Orang itu termasuk penghuni Neraka.”( [X/336-337])

Al-Majlisi membuat satu bab yang menyebutkan bahwa menziarahi al-Husain itu wajib, bahkan diharuskan dan diperintahkan.disebutkan pula kecaman, celaan, dan ancaman keras bagi siapa saja yang meninggalkannya.(Bihaarul Anwaar karya al-Majlisi [98/1-11])

Kaum Syiah beranggapan, siapa yang menziarahi makam imam panutan ini akan mendapat pahala setara dengan pahala yang didapat 100 ribu orang yang mati syahid di Perang Badar.(Bihaarul Anwaar [98/17]).

Menziarahi makam al-Husain setara dengan ganjaran haji, umrah, jihad di jalan Allah, serta memerdekakan budak. (Bihaarul Anwaar [98/28,44,98/51,68]).

Sesungguhnya para nabi, rasul, dan malaikat turut berziarah ke sana serta mendoakan para penziarah, memberikan kabar gembira kepada mereka, serta merasa gembira dengan kedatangan mereka.(Tsawaabul A’maal [hlm.82]).

Ibnu Miskan mengutip perkataan Abu Abdullah, ”Allah menampakkan diri kepada para penziarah al-Husain sebelum kepada orang-orang wukuf di Arafah.dia memenuhi kebutuhan mereka, dan membantu berbagai permasalahan mereka. Setelah itu barulah Dia menyanjung orang-orang yang wukuf Arafah dan melakukan hal yang sama terhadap mereka.” (Wasaa-ilusy Syiah [13/374] dan Madinatul Ma’aajiz [IV/208]).

Bahkan kaum Syiah meriwayatkan, bahwasanya Allah menziarahi al-Husain!

Dari Shafwan al-Jamal, dia bertutur: ”Abu Abdullah bertanya kepadaku, ’Pernahkah kamu berziarah kemakam al-Husain?’ Aku menjawab,’Aku rela sebagai tebusan engkau, apakah engkau juga menziarahinya ?’ Dia berkata,’Bagaimana aku tidak menziarahinya, sedangkan Allah menziarahinya setiap malam Jum’at. Dia turut beserta paramalaikat, para Nabi, para penerimawasiat, dan Muhammad Nabi kita yang paling utama.’Aku berkata: ’aku rela sebagai tebusan engkau, maka hendaknya kita menziarahinya setiap hari Jum’at, agar bisa bertepatan dengan ziarah Allah.’Dia berkata:’Benar,hai Shafwan, tekunilah hal itu, niscaya akan ditulis bagimu ziarah ke makam al-Husain: yaitu keutamaan.”

Sumber “Dari Hati ke Hati” karya Dr.Utsmann bin Muhammad al-Khamis.Penerbit :Pustaka Imam Asy Syafi’i, Jakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.