Manakah yang Lebih Baik: Menyembunyikan Amal atau Menampakkannya?

Ibadah dibangun di atas dua rukun, kecintaan yang dalam dan merasa rendah di hadapan Allah. Cinta yang dalam menimbulkan sikap meminta dan mengharap, sedangkan perasaan hina menimbulkan rasa takut dan lari dari siksaan-Nya. Inilah pengertian ihsan dalam ibadah kepada Allah Ta’ala.

Jika seseorang beribadah dengan cara ini maka dia akan menemukan keikhlasan beribadah yang bersih dari riya’ (ingin dipuji orang dan ingin terkenal). Baik dilihat oleh manusia atau tidak, ia tetap beribadah dengan baik dan tak terpengaruh sedikit pun. Bahkan merupakan kesempurnaan keikhlasan adalah ibadah yang jauh dari penglihatan manusia dan merahasiakan ibadah tersebut, sehingga tidak ada yang tahu kecuali Allah.

Akan tetapi, jika memperlihatkan ibadah tersebut ada maslahatnya, agar orang lain meniru dan mencontohnya, atau ia memperlihatkan ibadah tersebut dengan harapan agar teman, kerabat, dan rekannya mengikutinya, maka hal ini sangat baik. Mungkin maslahat menampakkan amal shalih – dalam hal ini – lebih banyak dan lebih utama dibanding merahasiakannya dari orang lain.

Apabila merahasiakan amal lebih besar maslahatnya, lebih bermanfaat bagi hati, lebih menimbulkan kekhusyuan dan lebih membuatnya kembali (bertaubat) kepada Allah, maka lebih baik dirahasiakan. Namun jika menampakkan amal lebih baik untuk maslahat umat Islam dan memperlihatkan syiar Islam dengan harapan agar orang lain mengikutinya maka hendaknya diperlihatkan secara terang-terangan.

Seorang mukmin dalam segala hal hendaklah memandang segi maslahatnya. Jika ibadah tersebut lebih banyak mendatangkan manfaat dan maslahat, maka ibadah tersebut semakin baik dan sempurna.

**

Disalin ulang dari buku Ulasan Tuntas tentang 3 Prinsip Pokok (terjemahan Syarah Tsalatsatul Ushul), Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Jumadal Ula 1435 H/April 2014 M, Penerbit Darul Haq.

Dengan pengeditan bahasa oleh Redaksi WanitaSalihah.Com

Artikel WanitaSalihah.Com