Amal yang Cantik Beramal bukan asal banyak Tapi mesti cantik, Mesti ahsan, Mesti terbaik. Karena Allah menilai amal itu, Bukan sekadar karena jumlah Tapi apakah dia amal yang berkualitas baik Atau hanya asal-asalan? الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk: 2) Lihatlah, Kawan … Dalam ayat di atas, yang dinilai adalah siapa yang lebih baik amalnya. Bukan siapa yang lebih banyak amalnya. Karena banyak, belum tentu baik. Apa gunanya banyak tapi tak baik? Apa gunanya punya 10 handphone tapi layarnya blank, bagaimana bisa dipakai? Lebih baik punya 1 handphone tapi ciamik dan kualitas wahid. Betul, tidak? Apa gunanya punya mobil banyak tapi mesinnya rusak semua? Lebih baik punya 1 mobil dengan mesin tangguh dan top. Betul, tidak? Shalat sunnah dengan banyak rakaat, tapi hilang khusyuk dan tuma’ninah, sekadar mematuk-matuk seperti burung, atau bergerak secepat kilat. Tentu saja, bukan ini shalat yang baik. Shalat yang baik insya Allah akan memberi kesan dalam diri, menenteramkan hati, mencegah seseorang berbuat keji dan mungkar. Pastinya, shalat asal-asalan bukan jenis shalat yang diterima di sisi Allah. Ada rukun dan hal-hal wajib yang harus dipenuhi. Bila shalatnya secepat kilat, apakah kira-kira seseorang bisa membaca Al-Fatihah dengan sempurna? Apakah punggungnya akan lurus dengan tenang saat rukuk, sujudnya mantap sebelum bangkit lagi untuk duduk, atau tahiyatnya dibaca dengan sempurna? Membaca Al-Quran 100 ayat dengan gaya “kumur-kumur” apakah sama dengan membaca 10 ayat dengan tilawah yang tenang, memperhatikan tajwid, dan meresapkan maknanya ke dalam hati? Sedekah 10 juta gara-gara ingin pamer apakah sama dengan sedekah 1 juta semata ikhlas karena Allah (tidak peduli puja-puji manusia)? Amal yang baik, amal yang cantik. Cirinya ada dua: 1. Ikhlas. 2. Benar. Ikhlas, semata karena Allah. Benar, mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mengikuti setiap detail petunjuk dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bila suatu amal telah ditentukan rukunnya dan hal-hal wajibnya, maka itu mesti dipatuhi dengan sungguh-sungguh. Taat kepada petunjuk dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Perlu pula kita ketahui, termasuk penentu kualitas amal antara lain: 1. Berusaha untuk beramal tepat waktu وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ ”Dan bersegerelah kalian menuju ampunan dari Rabb kalian ….” (QS. Ali Imran:133) 2. Bersungguh-sungguh dalam beramal خُذُوا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ”Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kalian dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atas kalian (seraya Kami berfirman), ‘Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah:63) يَا يَحْيَى خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ ”Wahai Yahya, ambillah Al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.” (QS. Maryam:12) ** Referensi: Taisir Karimir Rahman, Syaikh As-Sa’di, Al-Maktabah Asy-Syamilah. Penyusun: Athirah Mustadjab (Ummu Asiyah) Murajaah: Ustadz Ammi Nur Baits Artikel WanitaSalihah.Com July 18, 2014 by Redaksi WanitaSalihah.Com 0 comments 18738 viewson Hati Suci Share this post Facebook Twitter Google plus Pinterest Linkedin Mail this article Print this article Tags: amal diterima, ikhlas, mutaba'ah Next: Doa Malam Lailatul Qadar Previous: Jujur Itu Sukses