Renungan Untuk Syiah: Menangislah Karena Tauhid


Tidak diragukan lagi bahwasanya Allah Subhaanahu wa Ta’aala, Yang Maha Mengetahui lagi maha bijaksana, tidak menciptakan kita di dunia ini secara sia-sia. Dia berfirman:

Maka apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakankamu main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (QS. Al-Mu’minun: 115).

Sesungguhnya Allah menciptakan kita untuk tujuan yang agung, sebagaimana Dia terangkan dalam Kitab-Nya yang mulia, yang tidak tercampuri kebatilan baik dari arah depan maupun belakang.

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (QS. AdzDzaariyaat: 56)

Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu berkata: Maksudnya, melainkan agar mereka mentauhidkan-Ku.

Para Nabi utusan-Nya bersepakat dalam satu misi, yaitu menyerukan :

‘Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada ilah (sembahan) bagimu selain Dia…’ (QS. Al-A’raf: 59)

Tahukah kamu apa itu ibadah?

Ibadah adalah mentauhidkan Allah, yakni mengesakan-Nya dalam berdoa, bertawakkal, takut, berharap, cinta, taat, bernadzar, berkurban, dan amalan lainnya.

Atau dengan definisi lain, tauhid dibagi menjadi tauhid hati dan tauhid anggota badan. Adapun tauhid hati, termasuk di dalamnya rasa cinta, cemas, harap, tawaddhu, tawakkal dan, takut. Sedangkan tauhid anggota badan, termasuk di dalamnya doa, istighatsah (memohon pertolongan di kala mendapatkan kesulitan), menyembelih kurban, bernadzar, bersumpah, dan lain-lain.

Mengenai doa, Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah untuk Allah. Maka janganlah kamu menyembah apapun di dalamnya selain Allah. (QS. AlJin: 18)

Tentang isti’anah (meminta pertolongan):

”Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5)

Mengenai istighatsah (memohon pertolongan ketka ditimpa kesulitan):

”(Ingatlah) ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabbmu…” (QS. Al-Anfal: 9)

 Perihal rasa takut:

”…Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu orang-orang beriman.” (QS. Ali ‘Imran: 175).

Dan dia berfirman:

”…Maka barangsiapa mengharap pertemuan dengan Rabnya, hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu apapun dalam beribadah kepada Rabbnya.” (QS. Al-Kahfi: 110)

Mengenai Tawakkal:

”…Dan bertawakkalah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman.” (QS. Al-Maa’idah: 23)

Terkait rasa cinta:

”Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zhalim itu melihat, ketika mereka melihat adzab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat adzab-Nya (niscaya mereka menyesal).” (QS. Al-Baqarah: 165)

Dalam hal penyembelihan:

”Katakanlah (Muhammad): ‘Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb seluruh alam.” (QS. Al-An’am: 162)

Tentang nadzar:

”…Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Rabb Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini.” (QS. Maryam: 26)

Sesungguhnya, berdoa kepada orang-orang shalih dari kalangan Nabi, Ahlul Bait, dan yang lainnya, menafikan perintah Al-Qur’an Al-Karim agar berdoa hanya kepada Allah semata, tidak kepada selain-Nya. Dia Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

”Dan Rabbmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.”’ (QS. Al-Mu’min: 60)

Dia juga berfirman:

”Hanya kepada Allah doa yang benar. Berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat mengabulkan apa pun bagi mereka, tidak ubahnya seperti orang yang membukakan kedua telapak tangnnyake dalam air agar (air) sampai ke mulutnya. Padahal air itu tidak akan  sampai ke mulutnya. Dan doa orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka.” (QS. Ar-Ra’d: 14)

Coba renungkan firman Allah: Berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah, Ayat ini bersifat umum. Tidak ada pengkhususan bagi Nabi, tidak pula wali, tetapi mencakup seluruh makhluk yang dipanjatkan doa selain Allah.

Renungkan juga firman-Nya: ”Dan doa orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka.” Dalam ayat ini, Allah menyebut doa orang-orang yang berdoa kepada selain-Nya sebagai orang-orang kafir.

Allah ta’ala berfirman:

”Katakanlah (Muhammad): ‘Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai ilah) selain Allah! Mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka sama sekali tidak mempunyai peran serta dalam (penciptaan) langit dan bumi dan tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.’ Dan syafaat (pertolongan) di sisi-Nya hanya berguna bagi orang yang telah diizinkan-Nya (memperoleh syafaat itu). Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata: ‘Apakah yang telah difirmankan oleh Rabbmu?’ Mereka menjawab: ‘(Perkataan) yang benar,’ dan Dialah yang maha tinggi, mahabesar.” (QS. Saba’: 22-23)

Renungkanlah ayat tersebut -semoga Allah menjagamu- bagaimana Dia memutuskan seluruh keterkaitan dengan makhluk kecuali dengan-Nya. Pada awalnya , Dia menyatakan bahwa siapa pun selain-Nya tidak memiliki kekuasaan walau seberat zarrah baik di langit maupun di bumi.

Tahukah kalian apa itu zarrah? Ia seperti semut kecil berwarna kuning yang hampir tidak terlihat.

Kemudian Allah menegaskan bahwa mereka bukanlah sekutu-Nya, lalu meniadakan bahwa mereka juga bukan pembantu-Nya. Setelah itu, Dia Subhaanahu wa Ta’aala mengakhirinya dengan penjelasan bahwa syafaat pun tidak akan berguna kecuali dengan izin-Nya.

Para wali yang shalih itu tidak kuasa mendatangkan manfaat atau menolak bahaya dari diri sendiri, lantas bagaimana mereka bisa melakukan hal itu untuk orang lain? Setiap orang yang berakal sepakat bahwa orang yang tidak memiliki apa-apa tidak akan bisa memberi apa-apa.

Allah berfirman kepada Nabi-Nya Shallallahu Alaihi wa Sallam:

”Katakanlah (Muhammad): ‘Aku tidak kuasa menolak mudarat maupun mendatangkan kebaikan kepadamu.”’ (QS. Al-Jin: 21)

Saya kira tidak ada seorang muslim pun yang tidak mengetahui kenyataan ini.

Marilah kita selidiki sekilas mengenai keadaan para wali Allah Subhaanahu wa Ta’aala di sisi Rabb mereka.

1. Nuh:

”Dia (Nuh) berkata: ‘Ya Rabku, sesungguhya aku berlindung kepada-Mu untuk memohon kepada-Mu sesuatu yang aku tidak mengetahui (hakikatnya). Kalau Engkau tidak mengampuniku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku termasuk orang yang rugi.’ (QS. Hud: 47)

2. Ibrahim berkata:

Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik. (QS. Al-An’aam: 79)

3. Ya’qub

Dia (Ya’qub) menjawab: ‘Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.’ ” (QS. Yusuf: 86)

4. Musa:

”Dia (Musa) menjawab: ‘Sekali-kali tidak akan (tersusul oleh Firaun); sesungguhnya Rabbku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.’ ” (QS. Asy-Syu’ara’: 62)

5. Zakaria:

”(yaitu) ketika dia berdoa kepada Rabbnya dengan suara yang lembut.” (QS. Maryam: 3)

6. Ayyub:

”Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika dia berdoa kepada Rabbnya: ‘(Ya Rabbku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Rabb Yang Maha Penyayang dari semua yang penyayang.’ (QS. Al-Anbiya’: 83)

Begitu pula dengan Yunus, Yusuf, dan Isa. Juga penghulu kita dan penghulu mereka beserta para sahabat beliau:

(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang ketika ada orang-orang mengatakan kepadanya: ‘Orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukanuntuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,’ ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab: ‘Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.’ ” (QS. Ali-‘Imran: 173)

Lalu, apa yang akan kamu ucapkan saat berada dalam kesempitan? Apakah kamu akan mengucapkan ”Ya Allah” atau mengucapkan ”Ya Ali”, ”Ya Mahdi”, ”Ya Abbas”, ”Ya Abul Fadhl”, ”Ya Husain”, atau ”Ya Zahra?

Asy-Syahrudi (Syiah) berkata: Tidaklah samar bagi kita bahwa Imam Mahdi masih bersembunyi dan belum terlihat oleh manusia, tidak ada yang bisa sampai kepadanya, dan tidalah ada yang mengetahui tempatnya berada tetapi hal itu tidak menafikan (meniadakan) kabar kemunculannya saat keadaan darurat. Yaitu saat seorang memohon pertolongan dan meminta perlindungan kepadanya, karena segala sebab telah terputus dan semua pintu keluar telah tertutup. Pertolongan Al-Mahdi kepada orang yang bersedih, juga pengabulan doa bagi orang yang sedang dalam keadaan darurat, akan terjadi pada kondisi manusia yang sangat sulit. Yakni ketika tidak ada seorang pun yang bisa menolongnya, sementara dia tidak mampu lagi bersabar atas cobaan duniawi atau ukhrawi; atau ingin segera terbebeas dari kejahatan manusia dan jin. Untuk mewujudkan itu, dia memohon pertolongan dan meminta perlindungan kepadanya. ???

Bukankah di dalam shalat kita senantiasa mengucapkan, Hanya kepada Engkaulah (ya Allah) kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan,” (QS. Al-Fatihah: 5)? Apakah kita memahami makna kalimat yang mulia ini?

Sungguh sangat berbeda kondisi seseorang yang tertimpa kesusahan dan permasalahan yang pelik lantas mengucapkan: Ya Allah”, jika dibandingkan dengan orang yang mengatakan:

serulah Ali yang akan menampakkan keajaiban

niscaya engkau dapati ia akan menolong segala kesusahan

Amatlah jauh berbeda antara orang yang mengucapkan: ”Ya Allah, penuhilah kebutuhanku” dengan orang yang berucap: ”Ya Al-Mahdi, penuhilah kebutuhanku.”

Bahkan kaum musyrikin, sekalipun jelas-jelas kafir dan sesat, apabila mengalami kesempitan dalam usrusan tetap berucap Ya Allah”.

Allah ta’ala berfirman:

”Katakanlah (Muhammad): ‘Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, ketika kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah hati dan dengan suara yang lembut?’ (Dengan mengatakan): ‘Sekiranya Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur.’ Katakanlah (Muhammad): ‘Allah menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, namun kemudian kamu (kembali) mempersekutukan-Nya.’ ” (QS. Al-An’aam: 63-64)

Apakah kamu sudi berdoa kepada mayit? Siapakah yang Maha hidup dan tidak akan mati? Dialah Allah. Apakah kamu lupa terhadap firman-Nya:

”Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup, yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa hamba-hamba-Nya. (QS. Al-Furqan: 58)

Jika ada di antara kalian ada yang berdalih: Sesungguhnya orang-orang shalih hidup dalam kuburan mereka,” maka kita jelaskan: Benar, tetapi kehidupan mereka adalah kehidupan khusus ; kehidupan alam barzakh. mereka sudah tersibukkan dengan kenikmatan yang didapatkan dan tidak mungkin memedulikan kita.”

Apakah kalian berdoa kepada orang yang ghaib? Siapakah yang Maha mengetahui sesuatu yang ghaib dan yang tampak? Dialah Allah! Apakah kamu lupa terhadap firman-Nya:

”(Allah) yang mengetahui semua yang ghaib dan yang nyata; Yang Mahabesar, Mahatinggi. (QS. Ar-Ra’d: 9).

Bukalah hatimu -semoga Allah menjaga kalian- dahulu, beberapa orang menginginkan Ali agar memenuhi hajatnya. Entah dia berasal dari Madinah, Kufah, Makkah, atau negeri lainnya. Tahukah kamu apa yang dilakukannya waktu itu?

Apakah dia berdoa dengan menyeru nama Ali yang sedang berada di rumahnya?

Atau apakah dia menuju ke rumah Ali dan mengetuk pintunya?

Namun sekarang, kita mendapati orang-orang Syi’ah di berbagai penjuru dunia, menyeru: Ya Ali.

Apakah Ali bisa mendengar suara mereka semua, padahal, waktu, bahasa, dan permohonan yang dipanjatkan berbeda-beda? Hal ini tidak mungkin bisa dilakukan kecuali oleh Allah.

Tidakkah kalian mengetahui bahwa Isa adalah salah seorang wali Allah? Tentu, dia merupakan wali-Nya. Mari kita renungkan firman Dia kepadanya:

”Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: ‘Wahai Isa putra Maryam! Engkaukah yang mengatakan kepada orang-orang, jadikan aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah?’ (Isa) menjawab: ‘Mahasuci Engkau, tidak patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakannya tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada-Mu. sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib.’ Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (yaitu): ‘Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu,’ dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di tengah-tengah mereka. Maka setelah Engkau mewafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkaulah Yang Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.” (QS. Al-Maa’idah: 116-117)

Bukankah seperti ini juga yang dikatakan Ali bin Abi Thalib dan wali Allah lainnya? Ditegaskan bahwa kami menjadi saksi selama berada ditengah-tengah mereka. ”Setelah Engkau mewafatkan kami, Engkaulah yang mengawasi mereka!” jelas wali-wali-Nya ini. Tentu, demi Allah, memang seperti itulah keadannya.

Setelah merenungi semua ini, mari kembali ke bahasan awal. Bacalah firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala berikut:

”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik), itu bagi siapa yang dikehendaki. Barangsiapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An-Nisa’: 48)

”… Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatudengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah Neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zhalim itu.” (QS. Al-Maa’idah: 72)

Dalam banyak ayat, Dia berfirman kepada kita dengan ucapan: Berdoalah kepada-Ku, berdoalah kepada Rabb kalian, mereka berdoa kepada kami, saat kalian memohon pertolongan kepada Rabb kalian, mereka takut terhadap Rabb mereka , dan kepada Rabblah mereka bertawakkal.”

Maka bacalah Al-Qur’an; An-Nur (cahaya), Al-Hudaa (petunjuk), ataupun Al-Furqan (pembeda antara kebenaran dan kebathillan).

Allah tidak pernah memerintahkan hamba-Nya untuk berdoa kepada selain Dia sama sekali. Bahkan Al-Qur’an secara terang-terangan, menjelaskan wajibnya berdoa kepada Allah semata tanpa mengadakan sekutu bagi-Nya.

Tidakkah kalian memperhatikan, orang-orang yang mengucapkan: Ya Ali, Ya Mahdi, Ya Abul Fadhl, Ya Badawi, Ya Zainab, Ya Jailani, dan tahukah kalian bahwa kaum ini melakukan hal yang sama; yakni semuanya berdoa kepada selain Allah?

Bahkan, tatkala kaum musyrikin berdoa kepada selain Allah, yakni kepada Wadd, Suwa’, Al-lat, Al-‘Uzza, dan lainnya, mereka meyakini bahwa sembahan-sembahan itu sebagai permisalan orang-orang shalih.

Sungguh, kalian telah melihatnya,… kalian melihat perbuatan mereka (Syiah) saat berada di sisi makam para imam; mereka berdoa, menangis, takut, dan berharap kepadanya. Suatu realitas yang menyebabkan mata ini menangis darah, karena tauhid telah dilecehkan…

Disalin dari buku Dari Hati ke Hati, 28 Renungan Seputar Syiah dengan Hati Nurani dan Akal Sehat karya Dr. Utsman bin Muhammad al Khamis

hukum meminta pertolongan pada Ali

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.